“Penyelidikan atas tuduhan terhadap UNRWA sedang berlangsung. Orang-orang (Gaza) yang putus asa itu tidak boleh dibiarkan menjadi korban politik antarnegara,” katanya.
Israel menuduh staf UNRWA tersebut terlibat dalam serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober.
Situasi di Gaza saat ini sedang diperiksa oleh Mahkamah Internasional, dan Lawlor menekankan bahwa pengadilan PBB akan memutuskan situasi di Gaza.
“Entah (keputusan) itu genosida atau tidak, tapi saya katakan ada risiko genosida (di Gaza),” katanya.
Dia mengatakan negara-negara seperti AS, Inggris, dan Uni Eropa, yang punya pengaruh ke Israel, memiliki peran sangat penting. Mereka memikul tanggung jawab besar untuk menghentikan perang Israel di Gaza
Jika negara-negara itu memilih abstain atau memveto resolusi di Dewan Keamanan PBB, "Bagi saya, itu tidak bisa dimaafkan," kata dia.
Di bagian lain, Mesir pada Sabtu (17/2) mengumumkan bahwa mereka mulai membangun pusat logistik di Rafah untuk memfasilitasi bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, yang sedang diserang dan diduduki oleh Israel.
Gubernur Sinai Utara di Mesir, Mayjen Muhammad Abdulfadil, menyebutkan bahwa pusat logistik tersebut akan dibangun di kota perbatasan, termasuk perbatasan Rafah antara Mesir dan Jalur Gaza.
Abdulfadil mengatakan tentara Mesir telah mulai membangun pusat logistik itu di Al-Arish untuk memfasilitasi pekerjaan Bulan Sabit Merah serta mengurangi kemacetan di daerah tersebut dan di jalan raya.
Dia mengatakan pusat logistik tersebut akan memiliki tempat parkir truk, gudang yang aman, kantor administrasi, akomodasi untuk pengemudi, serta berbagai fasilitas seperti air dan listrik.
Bantuan ke Gaza mencapai wilayah Sinai melalui darat, laut dan udara, dan upaya sedang dilakukan untuk mengangkut bantuan ke wilayah itu dengan truk dari Pelabuhan Al-Arish dan Bandara Internasional Al-Arish, kata Abdulfadil.
Perlindungan Bagi Pengungsi Palestina di Rafah
Rafah, di perbatasan Gaza selatan, ditinggali oleh 280 ribu warga Palestina sebelum Israel mulai menyerang Jalur Gaza.
Serangan pada 7 Oktober 2023 menyebabkan 1,9 juta orang di Gaza, yang berpenduduk sekitar 2,3 juta orang, mengungsi.
Mayoritas pengungsi Palestina mencari perlindungan di Rafah, yang menurut Israel "aman."
Dengan masuknya penduduk dari wilayah utara, populasi Rafah meningkat menjadi lebih dari 1,4 juta orang, yaitu empat kali lipat lebih banyak dari jumlah aslinya.