Buat Alat Cap Batik Dengan Memanfaatkan Bungkus Rokok

Jumat 08 Mar 2024 - 19:49 WIB
Editor : Jurnal

Cerita Nurohmad, Merajut Sampah Menjadi Berkah

Dewasa ini umat manusia memproduksi berjuta-juta ton sampah setiap harinya. Sebagian dari sampah yang dihasilkan berserakan di lingkungan permukiman, sebagian lagi mengotori sungai, laut, dan masih banyak tempat lainnya. Nurohmad bisa memanfaatkan itu semua.

 

DARI riuhnya gempuran sampah produksi umat manusia, beberapa manusia rupanya memilih jalan tak biasa untuk membatu umat manusia, terkait persoalan sampah. Sebagian manusia itu berhasil memanfaatkan sampah itu menjadi sesuatu yang berguna.

Salah satu manusia itu adalah Nurohmad (48), pria paruh baya yang dengan kemampuan seninya merajut sampah menjadi berkah, khususnya dalam dunia perbatikan.

Meningkatnya permintaan akan batik di tengah masyarakat membuat keberadaan batik cap, dan yang terbaru mesin cetak batik otomatis, semakin dibutuhkan.

Dari situ, Nurohmad berhasil menemukan inovasi baru, yakni membuat alat cap batik dengan memanfaatkan bungkus rokok, kalender dan limbah sejenis yang sudah terbuang, menjadi alat cap batik.

Dalam pengakuannya, biaya produksi alat cap batik dari limbah bungkus rokok tersebut lebih hemat hingga berkali-kali lipat dibandingkan dengan biaya produksi alat cap batik dari logam, seperti tembaga.

Jika biaya produksi alat cap batik dari tembaga mencapai Rp500 ribu-Rp800 ribu, tapi untuk alat cap batik inovasinya hanya berkisar antara Rp100 ribu-Rp200 ribu.

Mengenai ketahanan dan kualitas alat cap batik tersebut, Nurohmad menjaminnya dengan penjelasan yang cukup teknis. Sebagian orang, meragukan kualitas alat cap batik tersebut, karena terbuat dari bahan dasar kertas.

Alat cap batik yang ia temukan akan menjadi semakin kuat seiring lamanya penggunaan. Hal tersebut karena unsur lilin batik yang kian mengisi pori-pori kertas yang membuatnya semakin berisi dan kuat.

Kualitas alat cap batik temuannya tersebut terbukti, setelah beberapa waktu lalu dirinya menerima pesanan dari Jakarta sepanjang 1.000 meter kain bati cap, dan ia menggunakan alat cap batik dari kertas tersebut untuk memenuhi pesanan tersebut.

Lebih lagi, meskipun bukan dalam jumlah yang masif, ia mengaku telah memasarkan produk batik capnya hingga ke mancanegara, seperti Australia, Amerika, Vietnam, Prancis, dan beberapa negara lainnya.

Selain itu, dengan ketekunannya mendalami batik cap dan batik tulis, sejumlah seniman dari luar negeri, seperti India dan Prancis juga pernah datang belajar padanya di studio seninya di Bantul, Yogyakarta.

Meskipun menerima cukup banyak pesanan batik, pria lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta tahun 2002 tersebut lebih memilih menjual "kegiatan" dari pada menjual produk barang batik.

Kategori :

Terkini

Selasa 17 Dec 2024 - 21:46 WIB

Jelang Nataru, Harga Kebutuhan Pokok Naik

Selasa 17 Dec 2024 - 21:44 WIB

Bupati Salurkan Bansos di Seberang Kota

Selasa 17 Dec 2024 - 21:43 WIB

AKD DPRD Tanjabtim Telah Dibentuk