Tak Tampak Menua Meski Dibangun Pada 1929

Senin 01 Apr 2024 - 20:46 WIB
Editor : Adriansyah

De Factorij terasa kembali hidup ketika area loket dan ruang Kasir Cina di bagian lobi dihadirkan kembali seperti sebagaimana gedung pertama kali beroperasi. NHM yang awalnya merupakan perusahaan dagang hasil bumi Nusantara, perlahan-lahan berkembang menjadi perusahaan perbankan yang melayani masyarakat dari berbagai kalangan. Tidak hanya untuk penduduk kolonial maupun bangsawan, tetapi juga bagi imigran masyarakat China yang menetap di Pecinaan, Batavia.

Berbagai tata letak di sejumlah ruangan Museum Mandiri direkontruksi sebisa mungkin paling mendekati dengan aslinya. Berkat dokumentasi lengkap bangsa Belanda, komposisi furnitur dan perkakas ditiru sesuai seperti yang ada di foto.

Koleksi Museum Mandiri yang menghadirkan kembali mesin ketik zaman itu, buku besar perdagangan yang berisi catatan komoditas rempah-rempah yang ditulis sangat elok, brankas dan mesin uang yang sudah usang, namun terpelihara, replika komoditas, sampai diorama tentang kisah penjajahan Belanda di Bumi Pertiwi sudah cukup untuk mendenyutkan kembali hiruk pikuk Batavia dari suasana perkantoran hasil perbudakan. Museum ini berhasil memundurkan waktu bagi siapa saja yang mengunjunginya.

Tapi tidak melulu tentang sejarah era kolonial dan tanam paksa, Museum Mandiri juga membawa masa awal kemerdekaan, setelah pemerintah Indonesia menasiolisasi aset peninggalan Belanda. Sebelum jatuh menjadi aset negara, De Factorij milik NHM sempat jatuh ke tangan Jepang pada masa 1942 sampai 1945 dan dijadikan Yokohama Specie Bank.

Pemerintah Republik Indonesia mengambil alih bangunan pada 5 Desember 1960 dan dijadikan kantor Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) urusan ekspor impor (Exim).

Pada era Bank Tunggal atau dikenal dengan masa "Bank Berjuang", gedung ini menjadi bagian dari kantor pusat Bank Negara Indonesia (BNI) Unit II bidang ekspor impor sejak tanggal 17 Agustus 1965, sampai lahirnya kantor pusat Bank Ekspor Impor (Bank Exim) pada tanggal 31 Desember 1968. Pada tahun 1995, Bank Exim pindah ke Gedung Plaza Exim yang kini menjadi Plaza Mandiri di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan.

Pada tahun 1996 sampai 2003, gedung eks-NHM kemudian menjadi kantor cabang Bank Exim dan pusat arsip. Dengan lahirnya Bank Mandiri pada 2 Oktober 1998, dan terjadi aksi korporasi mergernya Bank Exim bersama Bank Dagang Negara (BDN), Bank Bumi Daya (BBD), dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) ke dalam Bank Mandiri pada 1999, maka gedung ini pun menjadi aset Bank Mandiri. Pada tahun 2004, gedung ini difungsikan sebagai museum.

Dari mengisahkan sejarah pemerintahan kolonial Belanda menjajah hasil bumi Nusantara, Museum Mandiri juga mengembalikan waktu tentang histori berkembangnya perbankan di Indonesia, khususnya Bank Mandiri.

Lini masa perjalanan terlahirnya Bank Mandiri pada 1998 hingga di era digitalisasi saat ini terekam di dalam museum tersebut. Bagian rubanah yang sudah dibangun oleh Belanda untuk menyimpan harta para nasabah dan kekayaan dari bumi Nusantara, kini penuh dengan koleksi brankas dari berbagai era, deposit box yang teroksidasi, koper kulit kuno, mesin ATM teknologi lampau, sampai lembar-lembar rupiah dari tahun-tahun lama.

Meski semua tampak tua, tapi seluruhnya terpelihara, mulai dari bangunan sampai benda-benda yang dipamerkan untuk menjadi pembelajaran para pengunjung museum yang berlokasi di kawasan Kota Tua Jakarta.

"Secara berkala dilakukan perawatan dan pembersihan lantai, dinding, dan ruangan serta pengecatan tembok bangunan Museum Mandiri," kata SVP Strategic Procurement Bank Mandiri Danang Kuantana Cahya Kusuma.

Benar adanya. Lantai-lantai tegel dan mozaik keramik tetap tampak licin, daun-daun pintu dan jendela mengkilap memamerkan keindahan serat jati. Dan primadonanya, kaca-kaca patri, tidak ada cela.

Mandiri hanya melakukan revitalisasi gedung seperlunya, dengan konsep tak mengubah kondisi awalnya di masa Hindia Belanda demi menjaga keutuhan cagar budaya. Bagian yang diubah hanya berupa taman yang bisa difungsikan untuk kegiatan dalam area gedung, yang dulunya berupa lapangan semata. Selain itu, perawatan juga dilakukan di seluruh atap gedung dengan penambahan lapisan membran khusus untuk mencegah kebocoran.

Bagian lain yang difungsikan kembali adalah elevator yang telah lama tak beroperasi. Di tahun 1933, elevator adalah fasilitas super mewah yang dimiliki oleh gedung. Dan elevator di De Factorij merupakan salah satu pionir di Batavia masa itu. Terdapat empat jenis elevator di Museum Mandiri, dua di antaranya telah diperbaiki dan berfungsi kembali sebagaimana mestinya, yaitu elevator untuk mengangkut barang dan orang. Sementara dua elevator lainnya, yaitu elevator berkas yang hanya seukuran tumpukan dokumen, dan elevator khusus direksi yang berada di ruangannya dengan seukuran sedikit lebih besar dari lemari es dua pintu.

Sarat Manfaat

Selain fungsi utamanya sebagai museum yang mengisahkan banyak histori, Museum Mandiri yang berdiri di atas lahan 10.039 m2 dengan luas bangunan 21.509 m2 bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.

Tags : #menua
Kategori :

Terkait