Dari Merawat Telur, Hingga Melepasliarkan

Rabu 17 Apr 2024 - 20:03 WIB
Editor : Jurnal

Identifikasi jenis kelamin baru bisa dilakukan ketika penyu dilepasliarkan ke lautan. Penyu jantan biasanya langsung bergerak cepat ke dalam air, sedangkan penyu betina bergerak perlahan, lalu menoleh ke kiri dan kanan, sebelum akhirnya masuk ke dalam air laut. Mus meyakini hal itu sebagai respons alami dari penyu betina yang ingin merekam alam tempatnya dirawat dan dijaga sebelum dilepas ke alam.

Bantuan Pemerintah

Pokmaswas dari Desa Sulengwaseng ini pernah mendapatkan bantuan peralatan konservasi penyu senilai Rp99 juta dari Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Denpasar. Bantuan yang diberikan yakni kapal fiberglass satu unit, teropong, handy talky, dan seragam bagi kelompok.

Dalam catatan Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT wilayah Lembata, Flores Timur, dan Sikka, kelompok masyarakat pengawas itu menjadi komunitas yang sangat berpengalaman dalam memberikan edukasi tentang penyu. Bahkan tempat itu menjadi lokasi magang atau pelatihan bagi nelayan dari Lembata dan Maumere. Mus sebagai ketua kelompok pernah mendapatkan berbagai penghargaan di tingkat provinsi maupun nasional atas upayanya menjaga penyu. Ia juga dikirim ke Labuan Bajo, Manggarai Barat, untuk memberikan edukasi penyu kepada para wisatawan asing di sana.

Bukan Penghalang

Dalam rencana jangka panjang, dinas teknis itu tengah membuat konsep pembinaan kelompok ke arah wisata dan edukasi melepas tukik ke laut.

Menjaga penyu bukanlah pekerjaan gampang. Kelompok itu berharap beberapa bantuan untuk mempermudah kerja-kerja pelestarian penyu dalam penangkaran penyu.

Untuk memperlancar upaya pencarian telur penyu, kelompok pengawas membutuhkan lebih banyak senter dan wadah. Adapun di lokasi pembenaman telur, kelompok membutuhkan atap penutup. Selain menghindarkan telur-telur dari burung gagak, atap dibutuhkan agar suhu dalam lokasi pembenaman tidak terlalu panas. Suhu yang terlalu panas berpengaruh pada jumlah telur yang menetas.

Pada tanggal 21 Desember 2023, ada 198 telur yang dibenamkan dalam pasir, namun hanya 70-an telur yang menetas, sedangkan dari 132 butir telur yang diambil dari Pantai Baeba pada 17 Februari 2024, tidak ada satu pun telur yang menetas. Pasir yang terlalu panas menyebabkan telur mengempis dan gagal menetas.

Selanjutnya kelompok itu juga membutuhkan bantuan peralatan agar pergantian air laut setiap 3 jam tidak lagi dilakukan secara manual.

Namun, pokmaswas dari Desa Sulengwaseng menyadari berbagai tantangan itu tidak boleh menjadi penghalang dari kerja-kerja tulus menjaga habitat penyu.

Meski serba terbatas, edukasi yang telah diberikan oleh kelompok sudah memberi dampak kepada masyarakat. Warga desa itu sudah tidak mencari penyu untuk dijual atau dikonsumsi seperti sebelum-sebelumnya.

“Melindungi penyu adalah kerja seumur hidup. Kita harus menjaga dan merawat dengan sepenuh hati,” katanya dengan bangga di depan lokasi penangkaran penyu, Selasa pekan lalu. (ant)

Kategori :

Terkait