Berkonsep ‘Pemanenan Air Hujan’, Jadi Solusi Banjir Perkotaan

Kamis 16 May 2024 - 20:07 WIB
Editor : Jurnal

Dengan dua ruang terbuka yang dijadikan taman di bagian depan dan belakangnya, rumah bercat merah jambu tersebut, dari luar memang terlihat beda dibandingkan rumah-rumah tetangganya.

Perbedaan itu terletak pada bagian atapnya, di mana tetangga sekelilingnya memakai bentuk limas yang sisi jalur airnya ke arah luar bangunan, Hadi membuat atap rumahnya dicondongkan ke tengah bangunan di atas lantai dua tanpa talang.

Hal tersebut, untuk membuat air hujan yang ada di atap, terpusat di atas tengah bangunan yang dibuat memungkinkan untuk menampung air agar tidak tumpah ke bawah, kemudian disalurkannya ke tangki-tangki yang ada di halaman depan untuk menjalani tugas selanjutnya.

Ada tiga tangki bawah tanah (ground tank) yang jaraknya dibuat berdekatan atau bersebelahan di halaman depan rumah, dengan memiliki fungsi yang berbeda masing-masingnya.

Tangki pertama yang memiliki ukuran sekitar 1 meter kubik, berfungsi sebagai penerima pertama air hujan yang terkumpul di atas rumah, dan juga bertugas sebagai penyaring awal berbagai sedimen yang terkandung dalam air hujan.

Setelah air di tangki pertama penuh, air kemudian masuk ke saluran yang mengalir ke tangki kedua dengan ukuran 3,375 meter kubik, sebagai penampung air sekaligus penyaring tahap kedua.

Air dari tangki kedua ini, kemudian disedot ke atas oleh pompa yang ditanam di tangki ketiga, untuk kemudian ditampung pada tandon air di atas bangunan, yang kemudian digunakan untuk air penyiram toilet dan penyiram tanaman di rumah tersebut.

Jika kondisi hujan sangat lebat sehingga membuat tangki bawah tanah kedua di rumah Hadi penuh, dia telah mengantisipasi dengan membuat saluran pembuangan yang mengarah ke kolam di halaman depan bangunan berukuran 2,5 m x 1,7 m x 1 m.

Struktur yang menyerupai kolam ikan tersebut, adalah kolam retensi yang berfungsi menampung dan meresapkan air hujan limpahan dari tangki kedua.

Kemudian limpasan air yang tak terserap di lahan parkir terbuka, air talang dari atap lahan parkir tertutup, atau yang jatuh langsung ke dalam kolam itu sendiri.

Sementara di halaman belakang, Hadi membuat kolam retensi juga yang dikamuflase sebagai taman, dengan sistem merendahkan lahan sekitar 10-15 sentimeter dari ketinggian lantai rumah dan membuat jalur airnya.

"Jadi saya menggunakan konsep Rain Water Harvest (Panen Air Hujan) dengan titik kuncinya adalah atap yang terpusat. Dengan sistem ini, saya bisa katakan bahwa tidak ada setitik pun air dari limpasan hujan ke luar dari rumah saya, yang artinya ini memiliki fungsi konservasi air tanah," ujar Hadi.

Bahkan, dengan sistem yang dibangunnya sedemikian rupa, Hadi juga mengatakan rumah miliknya mampu melakukan penghematan air perpipaan (PDAM), di mana 30 persen kebutuhan air di rumah tersebut telah terpenuhi oleh air hujan.

 Hansip Cai

Sistem yang dibangun pada rumah Hadi di Arcamanik tersebut, secara konsep bisa dibilang telah melakukan penahanan, penyimpanan dan pencadangan air hujan.

Sejak akhir tahun 2021 (Desember), Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat sendiri telah mencanangkan program dengan konsep menahan, menyimpan dan mencadangkan air yang disingkat dengan akronim "Hansip Cai".

Kategori :