Pertama, topik mengenai ilmu kebumian atau geosains yang dipimpin langsung oleh BRIN. Kedua, topik riset tentang oseanografi yang dipimpin oleh Institut Pertanian Bogor (IPB). Ketiga, eksplorasi keanekaragaman hayati dan perikanan yang dipimpin oleh Konservasi Indonesia.
Para ilmuwan akan memetakan struktur bawah laut hingga berbagai keanekaragaman hayati dalam rute pelayaran yang berlangsung hingga akhir Agustus 2024. Mereka mencatat spesies apa yang memiliki manfaat ekonomi bagi umat manusia.
"Kami bekerja sama dengan BRIN dan universitas dari proses penelitian, pemercontoh, sampai nanti pengolahan dan analisa data-data yang akan kami dapatkan dari penelitian tersebut," kata Jimy. Ada lima rute pelayaran dalam ekspedisi penelitian laut dalam tersebut. Pertama, pelayaran dari Batam ke Aceh menyusuri Selat Malaka. Rute ini lebih banyak ke penelitian ilmu kebumian untuk mengetahui substrat dasar laut hingga struktur bawah laut, terutama pascagempa dan tsunami yang menyapu Aceh pada dua dekade silam.
Rute kedua dan ketiga dari Aceh ke Padang, lalu dari Padang ke Jakarta. Ini adalah misi utama dan paling panjang dengan tujuan untuk meneliti wilayah pengelolaan perikanan atau WPP 572.
Pada rute kedua dan ketiga tersebut para peneliti bekerja secara paripurna untuk mempelajari aspek oseanografi, ilmu kebumian, dan biodiversitas serta perikanan.
WPP 572 meliputi perairan Samudera Hindia sebelah barat Pulau Sumatra dan Selat Sunda. Wilayah perairan ini memiliki sumber daya perikanan yang cukup besar, terutama kelompok ikan pelagis, seperti tuna mata besar, cakalang, layang, kembung, tongkol, dan madidihang atau tuna sirip kuning.
Penelitian WPP 572 sejauh ini masih terbilang sedikit ketimbang wilayah perikanan lain di Pulau Jawa dan Pulau Sulawesi. Tantangan teknologi dan faktor alam membuat para ilmuwan jarang meneliti WPP 572.
Setelah menjelajahi Samudera Hindia, rute keempat ekspedisi dimulai dari Bali dan berlanjut ke Flores. Rute ini khusus untuk para mahasiswa sebagai upaya mengenalkan lingkungan riset sejak dini dengan mengamati biodiversitas dan megafauna, seperti paus, hiu, lumba-lumba, maupun penyu.
Sementara rute terakhir adalah dari Flores ke Sulawesi Utara untuk meneliti ikan Coelacanth atau ikan purba yang sudah ada sejak ratusan tahun di dunia. Zona hidup ikan ini, salah satunya berada di perairan Sulawesi.
Kegiatan penelitian dapat menjadi teladan bagi umat manusia tentang bagaimana mengungkap hal-hal yang tidak pernah kita ketahui sebelumnya. Walau peradaban sudah berjalan ribuan warsa, tetapi kita hanya lima persen mengetahui sisi terdalam dari lautan planet Bumi.
Proyek riset paling spektakuler yang dilakukan manusia sejauh ini masih seputar memahami antariksa. Laut dalam juga menyimpan misteri yang menarik untuk diungkap ke dalam jurnal-jurnal ilmiah yang menjadi landasan pembangunan peradaban ke depan.
Proyek Kolaborasi
Di tengah ayunan gelombang laut yang muncul setiap 7-9 detik, Selat Malaka yang memisahkan Pulau Sumatra dengan Semenanjung Malaysia selalu bising oleh kapal-kapal penjelajah benua.
Tak ada waktu bersantai dan hari libur di tengah lautan. Hari-hari terasa panjang.
Para peneliti terus berlayar mengumpulkan berbagai spesimen. Ada empat laboratorium di dalam armada kapal riset OceanX, yakni satu unit laboratorium basah dan tiga unit laboratorium kering.
Fasilitas laboratorium kapal OceanX bisa dipakai untuk sekuensing DNA guna melihat informasi genetik dari sampel-sampel yang dikumpulkan dari laut. Bahkan, laboratorium untuk riset ilmu kebumian juga bisa memantau inti sedimen.