SEMARANG, JAMBIEKSPRES.CO-Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Kementerian Agama (Kemenag) menjalin kemitraan dengan mahasantri Ma’had Aly dalam upaya memperkuat moderasi beragama berbasis pada kitab kuning atau turas.
Hal tersebut dibahas dalam Workshop Wawasan Kebangsaan dan Moderasi Beragama bagi Santri dan Mahasantri yang diselenggarakan Direktorat PD Pontren di Semarang.
BACA JUGA:Berapa Kali Jamaah Dapat Jatah Makan di Tanah Suci? Ini Ketentuan dari Kemenag
BACA JUGA:Kemenag Ingatkan Masyarakat, Waspadai Tawaran Haji Tanpa Menunggu
Workshop dihadiri oleh dosen dan mahasantri Ma’had Aly dari berbagai daerah di Indonesia.
Kepala Subdirektorat Pendidikan Diniyah dan Ma’had ‘Aly, Mahrus, menjelaskan bahwa workshop terbagi dalam dua kelompok pembahasan.
Pertama, mahasantri Ma’had Aly membahas peran mereka sebagai juru bicara moderasi beragama. Kedua, dosen Ma'had Aly menulis tentang "wasathiyah" berdasarkan Turas dari sembilan fan ilmu keislaman Ma'had Aly dengan bahasa Arab.
Menurut Mahrus, program ini didasari oleh kekayaan turas (kitab kuning) pesantren yang masih tersebar.
BACA JUGA:JCH di Atas 60 Tahun Mendominasi, Kemenag Siapkan Gedung Ramah Lansia
BACA JUGA:Berminat Studi di Maroko? Kemenag RI Buka Seleksi 50 Penerima Beasiswa Pemerintah Maroko
Program ini merupakan bagian dari implementasi kebijakan penguatan wawasan kebangsaan bagi masyarakat lokal dan global.
Dosen Ma’had Aly akan menyusun tulisan mereka yang akan diikutsertakan dalam program non-degree kepengarangan atau penulisan ilmiah bersama muallif internasional di Maroko atau Mesir.
Para dosen akan melanjutkan proses penulisan dan berdiskusi dengan para muallif internasional untuk memperkuat perspektif dan referensi, terutama dalam konteks tulisan mengenai khazanah Islam Wasathiyah (moderasi beragama).
“Dengan demikian, akan ada tulisan moderasi beragama yang khas dari Direktorat PD Pontren, dari pesantren, oleh pesantren, tetapi untuk dunia,” ujar Mahrus.
BACA JUGA:Kemenag Ingatkan Masyarakat Waspadai Risiko Tren Haji Backpacker, Sanksi Tegas Menanti
BACA JUGA:Harus Tunjukan Profesionalitas Kerja, 50 PPPK Kanwil Kemenag Dilantik
Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Waryono Abdul Ghafur, menekankan pentingnya para santri memiliki agenda untuk menyampaikan contoh baik terkait moderasi beragama.
Dia mengutip hadis yang menyebutkan pentingnya membawa agama yang toleran (samhah) sebagai indikator moderasi beragama.
"Moderasi beragama adalah cara pandang, sikap, dan praktik beragama yang mencerminkan keberpihakan kepada kemanusiaan," jelasnya.
Waryono menambahkan bahwa dalam pesantren harus dihindari segala bentuk kekerasan dan selalu beradaptasi dengan perubahan.
BACA JUGA:Kanwil Kemenag Jambi Siapkan Rumah Ramah Lansia di Asrama Haji
BACA JUGA:RESMI! Kemenag Buka 110.553 Formasi ASN dan PPPK 2024 yang Disetujui Menpan RB, Ini Rinciannya
"Pesantren harus menjaga ukhuwah terutama di tengah perbedaan pilihan, terutama dalam kontestasi politik," tambahnya.
Peserta workshop diharapkan dapat menjadi juru bicara di pesantren masing-masing dan menyampaikan apa yang diperoleh kepada santri yang tidak dapat hadir, sehingga moderasi beragama tidak hanya menjadi perbincangan, tetapi menjadi praktik yang nyata.
Secara khusus, Waryono menyampaikan terima kasih kepada Gus Lukman dari Pondok Pesantren Termas yang telah hadir mendampingi teman-teman mahasantri pada diskusi memperkuat wasathiyah, moderasi beragama.
“Semoga mahasantri mendapatkan berkah, ilmu, dan informasi yang baik untuk masa depan, sehingga dapat berkontribusi bagi pengembangan pesantren, negara, dan bangsa," tutupnya.
Peserta mahasantri dipilih oleh Presidium Nasional Dewan Mahasiswa (Presnas DEMA) AMALI, yang baru saja mengadakan kongres.