Luar Dalam

Senin 13 Nov 2023 - 19:09 WIB
Reporter : Adriansyah
Editor : Adriansyah

Saya diminta gabung. Bahkan diminta ikut mengendarai Toyota keliling sirkuit. Tiga putaran. Teman dari Beijing saya ajak naik mobil yang saya kemudikan: Yaris hybrid. Saya yang paling depan.

Maka di belakang saya bajurut berbagai macam Toyota. Aturannya: tidak boleh saling salip. Juga tidak boleh pura-pura terpelintir masuk gravel. Kecepatan maksimal: 80 km/jam. Intinya: ini memang untuk pengalaman saja: ''pernah mengendarai mobil di sirkuit Mandalika''.

Yang lebih penting: kapan lagi orang Lombok punya kesempatan masuk Mandalika. Tidak hanya masuk. Sekalian mencoba sirkuitnya.

Tahun ini Toyota akan lima kali mengadakan acara seperti itu untuk customer-nya. Sekali acara bayar Rp 125 juta. BMW juga sudah sekali. Porsche segera menyusul.

Kalau Porsche seperti itu yang mengadakan komunitas. Bukan agennya. Komunitas Ferrari juga sudah booking.

Rasanya acara seperti itu perlu diperbanyak. Termasuk untuk pemilik sepeda motor. Sirkuit Mandalika punya 300-an marshal. Mereka adalah petugas balapan. Mereka perlu kesibukan untuk terus melatih keterampilan di arena sirkuit.

Semua marshal itu putra asli Lombok. Mereka dilatih khusus. Sampai 12 kali. Lalu mendapat sertifikat dari organisasi dunia MotoGP.

Di Mandalika kemarin saya bertemu banyak marshal. Salah satunya: Mohammad Tata Aprialdi. Ia mahasiswa semester tujuh fakultas teknik Universitas Mataram. Prodi teknik mesin. Rumahnya 15 km dari Mandalika.

Waktu itu Tata mendengar ada perekrutan marshal. Tata masih semester lima. Tapi ia gemar balap motor. Tata sendiri punya motor Honda CRF150L. Ia suka ngebut. Arena kebutnya di jalan by pass Mataram. Lapang. Sepi. Ia pernah menggeber motornya itu 200km/jam.

Tata memang minta ke ayahnya motor jenis itu. Ayahnya pegawai negeri. Langsung dibelikan. ''Ayah dulu juga suka balapan,'' ujar Tata.

Di balapan terakhir kemarin Tata dapat tugas pegang bendera. Di balapan pertama tugasnya di penyelamatan kecelakaan.

Pembalap kecintaannya adalah Marc Marquez. ''Saya suka caranya menikung. Hampir seluruh badan sampingnya terkena aspal,'' katanya.

Marquez tiga kali ke Mandalika. Tata sempat bertemu. Bahagia. Bahkan sempat bikin video berdua.

Kawasan Mandalika kini memang sudah berubah. Terutama jaringan jalan rayanya. Selebihnya masih sama seperti dulu. Kalau pagar itu dibuat model lain, kawasan Mandalika langsung terlihat indah dan grand-nya.

Saya ingat begitu sulit menghidupkan Mandalika. Salah satu kendalanya: Mandalika menjadi anak perusahaan BTDC (Bali Tourism Development Corporation).

Artinya: Lombok berada di bawah Bali. Elite Lombok tidak mau itu, tapi juga sungkan untuk mengatakannya secara terbuka. 

Tags : #luar dalam
Kategori :

Terkait

Senin 13 Nov 2023 - 19:09 WIB

Luar Dalam