Bahan Bakar Nabati dan Nuklir Paling Menjanjikan

Rabu 19 Jun 2024 - 20:02 WIB
Editor : Jurnal

Mengurai Tantangan Energi Alternatif Berbasis Riset

KENAIKAN bahan bakar fosil berupa batu bara, minyak, dan gas bumi telah menciptakan krisis energi global yang memengaruhi stabilitas ekonomi hingga geopolitik dunia. Situasi ini memaksa untuk segera beralih dari sumber energi hitam yang tidak berkelanjutan ke energi hijau yang lebih bersih dan bisa diperbaharui. 

 

ILMU pengetahuan menjadi penunjuk arah bagi manusia untuk menyelamatkan Bumi melalui alternatif energi ramah lingkungan.

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan pengembangan energi baru terbarukan membutuhkan upaya serius tidak hanya dari sisi pemerintah, manajemen energi, tetapi juga terobosan teknologi.

"Di situlah tantangan kami, khususnya komunitas periset dan akademisi (memikirkan cara) bagaimana kita bisa mencapai itu (teknologi energi baru terbarukan) ditambah dengan kondisi geopolitik," ujarnya awal Juni 2024.

 

Ilmuwan adalah seniman. Aktivitas riset dan inovasi memungkinkan manusia untuk berkreasi menciptakan apapun dan membuka peluang bagi tumbuhnya industri energi ramah lingkungan.

 Di Bumi yang kini mulai sesak oleh ledakan populasi manusia yang telah mencapai 8 miliar jiwa, energi alternatif memegang kunci untuk kehidupan yang lebih teduh di masa depan.

 Bahan Bakar Pengganti

 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat dalam satu dekade terakhir energi baru terbarukan mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan menggeser energi fosil secara perlahan.

 Berdasarkan data Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia 2023, yang diterbitkan Kementerian ESDM pada 6 Juni 2024, suplai energi fosil berupa minyak, batu bara, dan gas bumi masing-masing mencapai 41,43 persen, 29,61 persen, dan 22,28 persen pada tahun 2013 lalu.

 Satu dasawarsa kemudian, pada tahun 2023, suplai bahan bakar fosil dalam energi primer nasional turun menjadi 29,91 persen minyak dan gas bumi 17,11 persen. Sedangkan, batu bara tercatat tumbuh menjadi 39,69 persen akibat proyek 35.000 megawatt yang menitikberatkan pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

 Pada 2013, suplai energi baru terbarukan dalam energi primer nasional hanya berjumlah 6,69 persen. Kemudian, angka setrum hijau meningkat menjadi 13,29 persen pada tahun 2023.

 Komitmen dunia yang berkeinginan keras untuk menekan perubahan iklim dengan mengurangi produksi gas emisi karbon dari pembangkit listrik menciptakan peluang baru bagi listrik hijau ramah lingkungan.

Kategori :

Terkini

Selasa 17 Dec 2024 - 21:46 WIB

Jelang Nataru, Harga Kebutuhan Pokok Naik

Selasa 17 Dec 2024 - 21:44 WIB

Bupati Salurkan Bansos di Seberang Kota

Selasa 17 Dec 2024 - 21:43 WIB

AKD DPRD Tanjabtim Telah Dibentuk