Simbol Kecantikan, Tampilkan Sisi Feminin

BUSANA KEBAYA: Model mengenakan busana kebaya bertema Merah Putih saat peragaan busana di tanggul Lapindo Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (13/8/2019). Peragaan busana kebaya tersebut untuk memeriahkan HUT ke-74 kemerdekaan RI.--

Mengembalikan hakikat kebaya sebagai jadi diri perempuan Indonesia

Sekarang, kebaya kembali ke tubuh perempuan Indonesia. Dulu orang lihat kebaya hanya untuk acara formal atau tradisional.

PEMERINTAH Indonesia telah menetapkan 24 Juli sebagai Hari Kebaya Nasional melalui Keppres No.19 tahun 2023. Penetapan ini sebagai upaya menjaga dan melestarikan kebaya yang telah berkembang menjadi aset budaya yang sangat berharga.

Kebaya dari masa ke masa merupakan warisan budaya yang turun-temurun di kalangan wanita Indonesia, yang sudah menyatu dengan perjalanan hidup perempuan Indonesia.

Pengajar program studi Jawa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Dwi Woro Retno Mastuti dalam wawancara tertulis dengan ANTARA mengatakan saat ini perkembangan kebaya sudah sangat masif dan luar biasa.

Hal itu berkat semakin tersedianya bahan kebaya yang mudah dicari dan ditemukan, desainer yang kian mahir membuat kreasi bertema kebaya, hingga aksesoris yang melengkapi kebaya sehingga makin meriah.

 Dibandingkan zaman dulu sekitar 1950-an sampai 1990-an, Dwi menyebut hanya dua kebaya yang populer di masyarakat yakni kutubaru dan kebaya kartini. Namun sekarang seiring meningkatnya pengguna hijab, kebaya pun juga mulai menyesuaikan modelnya untuk busana muslimah.

Kebaya juga merupakan simbol kecantikan, yang ketika perempuan memakainya, akan menampilkan sisi feminin dari wanita tersebut dengan tampilan khas Jawa dan representasi dari Indonesia.

Senada dengan Dwi, budayawan asal Solo Bambang Irawan menyebut kebaya saat ini sudah sangat berkembang sebagai bagian dari perjalanan perkembangan fesyen kontemporer baik di dalam maupun luar negeri.

Tren berkebaya juga saat ini telah banyak dipakai perempuan sebagai busana kekinian, di tengah banyaknya pilihan berbusana untuk perempuan mulai dari gaya Eropa, muslimah, gaya Jawa dan gaya peranakan.

Dwi menyebut meskipun kebaya bisa beradaptasi dengan keempat jenis gaya tersebut, masih banyak perempuan yang belum mencintai kebaya 100 persen. Masih banyak perempuan yang disebutnya hanya mengenakan kain, namun dengan atasan yang bukan kebaya kutubaru atau kartini.

Meskipun begitu, Dwi tetap optimistis kebaya bisa dilestarikan dengan banyaknya pilihan mode yang bisa dipadukan dengan kebaya.

“Ada baiknya melestarikan kebaya karena ia menampilkan sisi feminin kaum perempuan, busana khas Jawa atau Indonesia. Plus gelung Jawa yang disebut konde yang dipopulerkan oleh Ibu Negara Ibu Tien Suharto. Itu juga menjaga keberlanjutan fesyen khas Indonesia,” katanya.

Bambang juga menyebut kebaya merupakan identitas budaya Nusantara sehingga pelestariannya perlu dilakukan untuk menjaga perkembangan kebaya berlanjut hingga hari-hari ke depan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan