Simbol Kecantikan, Tampilkan Sisi Feminin

BUSANA KEBAYA: Model mengenakan busana kebaya bertema Merah Putih saat peragaan busana di tanggul Lapindo Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (13/8/2019). Peragaan busana kebaya tersebut untuk memeriahkan HUT ke-74 kemerdekaan RI.--

Popularitas Kebaya di Dunia Fesyen

 Kebaya yang populer di masyarakat terdiri atas  kutubaru dengan ciri khas stagen atau kain yang dililitkan di perut asal Jawa Tengah, kebaya encim dengan pengaruh peranakan dan Betawi dengan potongan yang longgar dan kerah bulat, kebaya kartini, kebaya labuh dari Riau dengan ciri khas baju yang panjang selutut, dan kebaya noni yang terinspirasi dari masa kolonial Belanda.

Penata gaya Hagai Pakan mengatakan perempuan saat ini telah menghargai kebaya jauh baik dan sudah kembali ke hakikat “pakaian perempuan Indonesia”. Hal itu terlihat dari banyaknya publik figur yang sering memakai kebaya meskipun bukan acara formal, dan kebaya sudah dijadikan pakaian sehari-hari dengan gaya yang lebih personal.

Kebaya merupakan pakaian wanita yang memang harus dilestarikan karena kebaya tidak terbatas kalangan, warna kulit, dan ia menyebut semua bentuk tubuh perempuan Indonesia bisa masuk dalam satu baju yang bernama kebaya.

“Sekarang, kebaya kembali ke tubuh perempuan Indonesia dan aku rasa makin banyak perempuan pakai kebaya. Dulu orang lihat kebaya hanya untuk acara formal atau tradisional, sekarang aku lihat lebih ke sehari-hari orang kuliah pakai kebaya, publik figur tampil menyanyi walaupun dresscode-nya bukan kebaya tapi dia pakai kebaya, jadi sudah dilihat sebagai common fashion item,” kata Hagai.

 Alhasil, kebaya pun bisa leluasa dipakai dan digabungkan dengan gaya lainnya, asalkan memahami aturan tidak tertulis dan harus menghargai sejarah dari pakaian tersebut.

 Kebaya dengan bahan beludru (velvet) dengan bordir penuh hanya cocok jika dipakai pada acara tradisional dan malam hari. Selain itu jika menghadiri acara 1 Suro juga disarankan tidak memakai kebaya katun berwarna hitam.

 Pakem tersebut yang membuat kebaya menjadi suatu fashion item yang memiliki wibawa dan keanggunan yang berbeda dari pakaian lainnya.

Namun, Hagai juga menepis bahwa memakai kebaya harus kaku karena sarat akan sejarah. Kebaya juga bisa menjadi luwes dan fleksibel ketika dipakai di acara yang tepat dengan kombinasi gaya yang sesuai dengan kenyamanan penggunanya asal tidak menghilangkan ciri khas kebaya.

Dengan modifikasi model dan motif, menurut Hagai, sah-sah saja ketika kebaya menjadi pakaian modern tanpa menghilangkan esensi kebaya sebagai pakaian tradisional.

Perlu Kesadaran Berkebaya

Guna mempertahankan eksistensi kebaya, Dwi mengatakan harus ada lagi tokoh kebaya yang bisa dijadikan panutan. Saat ini masih sedikit tokoh perempuan yang berkebaya, kecuali pada kesempatan formal seperti upacara kenegaraan dan tidak berkonde karena memakai hijab. Ia mencontohkan seorang Tien Soeharto yang dengan bangga selalu memakai kebaya di mana saja dan dalam acara apa saja, lengkap dengan sanggul.

Bambang juga menuturkan harus ada acara yang mewajibkan pesertanya menggunakan kebaya dan perlu banyak lagi festival di kalangan sekolah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan berkebaya mulai dari kalangan pelajar, menengah, dan mahasiswa.

Sementara itu, peran komunitas dari daerah juga sangat penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berkebaya. Meskipun hanya gerakan kecil, ikhtiar ini harus konsisten dan berkomitmen tinggi untuk menjaga kebaya sebagai busana khas Indonesia yang menjadi ciri ke-Indonesia-an sebuah bangsa besar seperti Indonesia. 

Komunitas seharusnya tidak sekadar pamer berkebaya, tetapi wajib turut memahami dan menggali pengetahuan mengenai kebaya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan