Sadar Mitigasi Bencana Menjadi Sebuah Keharusan

PANTAU AKTIVITAS: Kepala BNPB Suharyanto bersama Kepala BPPTKG Agus Budi Santosa, Kepala PVMBG Hadi Wijaya, Kepala Pelaksana BPBD Sleman Makwan dan BPBD DIY saat melakukan pemantauan aktivitas Gunung Merapi di Pos Pengamatan Gunung Merapi Kaliurang, Slema--

Alasan simulasi dilaksanakan di Girikerto karena wilayah tersebut merupakan kawasan di sisi barat Gunung Merapi. Pascaerupsi Gunung Merapi 2010, arah luncuran lava panas dan APG dominan ke barat daya Gunung Merapi.

Kegiatan simulasi yang dihadiri Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto, Perwakilan Caritas Jerman, serta unsur Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat terkait ancaman dan risiko bencana erupsi, terlebih pada beberapa waktu terakhir intensitas luncuran lava pijar dan APG cukup tinggi.

Bahkan, terkait hal itu, Pemkab Sleman telah menerbitkan SK Bupati Sleman Nomor 27.21 Kep. KDH I A / 2024 tentang Perpanjangan Penetapan Status Siaga Darurat Erupsi Gunungapi Merapi.

BPBD Sleman sendiri juga terus menerapkan berbagai upaya kesiapsiagaan yang dilakukan bersama sejumlah instansi terkait, di antaranya menjalin kerja sama dengan    Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi  (BPPTKG)  Yogyakarta dalam melakukan pemantauan dan sosialisasi, koordinasi dengan lembaga vertikal BNPB, menjalin kerja sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) baik lokal maupun asing serta berbagai unsur terkait.

Kegiatan pencegahan tidak hanya di ranah instansi saja. Secara rinci, BPBD Kabupaten Sleman menjalankan beberapa upaya mitigasi mulai dari menyusun Rencana Kontijensi Erupsi Gunung Merapi pada tahun 2020,  memasang perangkat Early Warning System sebanyak 35 unit dan jalur evakuasi yang dilengkapi dengan rambu-rambu serta titik kumpul di daerah potensi bahaya.

Selain itu, menyiapkan 12 barak pengungsian bagi warga yang terdampak bencana erupsi Gunung Merapi, mempraktikkan simulasi penanganan kedaruratan bencana erupsi Gunung Api Merapi pada Tahun 2024 melalui kegiatan Table Top Exercise Gladi yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman terkait ancaman dan risiko melalui sistem informasi dan komunikasi, termasuk peringatan dini.

Tujuan lainnya yaitu meningkatkan pemahaman dan kesiapsiagaan terkait sistem penanggulangan kedaruratan bencana yang melibatkan multipihak dalam mengantisipasi dampak skenario terburuk erupsi Gunung Merapi.

BPBD Sleman telah membentuk pula Desa Tangguh Bencana (Destana) dan Kalurahan Tangguh Bencana (Kaltana) di daerah terdampak erupsi Gunung Merapi. Kebijakan ini ditunjang dengan pemberian Kartu Identitas Relawan (KIR) kepada sejumlah sukarelawan di wilayah tersebut.

Pemberian KIR juga dalam upaya meningkatkan kompetensi keahlian yang dimiliki relawan. Jadi tidak hanya sebagai kartu identitas saja. Akan tetapi pemegang KIR juga mendapatkan prioritas untuk mendapatkan pelatihan tentang kebencanaan sehingga keahlian yang dimiliki bisa semakin ditingkatkan.

Kesiapan Posko Utama 

Guna memastikan kesiapsiagaan, Bupati Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Kustini Sri Purnomo melakukan pemantauan Posko Utama BPBD Sleman di Kapanewon (Kecamatan) Pakem menindaklanjuti peningkatan aktivitas Gunung Merapi yang terus meningkat sejak Juni 2024, pada Kamis (11/7).

Meski tidak ada peningkatan status Gunung Merapi maupun peningkatan zona bahaya yang direkomendasikan BPPTKG, tinjauan ini selain untuk memantau aktivitas Gunung Merapi juga dilakukan untuk memastikan kesiapsiagaan BPBD Sleman dalam menanggapi kenaikan aktivitas vulkanik Gunung Merapi baik itu dari segi logistik, peralatan, transportasi, maupun petugas sebagai upaya mitigasi dalam menghadapi ancaman bahaya erupsi Gunung Merapi.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sleman Makwan mengemukakan  bahwa aktivitas Gunung Merapi terkini masih cukup tinggi yaitu ditandai dengan muntahan material vulkanik dan deformasi.

Beberapa kali terjadi luncuran lava pijar dalam satu minggu terakhir dan cukup tinggi. Berdasarkan laporan aktivitas Gunung Merapi pada Juli 2024 yang disampaikan BPPTKG, terpantau aktivitas vulkanik Gunungapi Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif.

Berdasarkan laporan tersebut, potensi bahaya saat ini meliputi guguran lava dan awan panas pada sisi selatan-barat daya, yaitu di Sungai Boyong sejauh 5 kilometer, serta Sungai Bedog, Krasak dan Sungai Bebeng sejauh maksimal 7 kilometer. Sementara pada sisi tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 kilometer dan Sungai Gendol 5 kilometer. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak.

Tag
Share