Jagung Parut Berisiko Tingkatkan Iritasi pada Luka Cacar
Cacar monyet atau Mpox.--
JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Dr. dr. Fitria Agustina Sp.D.V.E., FINSDV, FAADV, dokter spesialis kulit dan kelamin, menegaskan bahwa penggunaan jagung parut untuk mengobati cacar tidak memiliki bukti ilmiah dan malah dapat meningkatkan risiko infeksi tambahan pada kulit yang sudah terpapar cacar.
"Jagung parut dapat menyebabkan iritasi pada kulit yang terkena cacar, memperburuk kondisi kulit, dan memperlambat proses penyembuhan," jelas Fitria dalam wawancara daring sebagaimana dikutip jambiekspres.co dari Antara
Menurut Fitria, jagung parut merupakan bahan yang tidak steril dan berpotensi memperburuk infeksi kulit akibat cacar.
BACA JUGA:Kemenkes Laporan 88 Kasus Cacar Monyet di Indonesia, Mayoritas Sembuh
BACA JUGA:Lebih dari 17.000 Kasus Infeksi Cacar Monyet di Afrika, 517 Kematian Dilaporkan
Sebagai alternatif, ia menyarankan penggunaan perawatan yang direkomendasikan oleh dokter, seperti salep atau pelembap.
"Untuk mengatasi bekas luka cacar, penting untuk menjaga kebersihan kulit dan menggunakan pelembap atau salep sesuai rekomendasi dokter," tambahnya.
Fitria juga menekankan pentingnya menjaga kulit tetap kering dan bersih jika mengalami infeksi.
Cuci kulit dengan sabun lembut dan air bersih, serta gunakan pelembap ringan untuk menjaga kelembapan kulit dan mencegah iritasi. Jika terjadi infeksi sekunder, dokter mungkin akan meresepkan antibiotik topikal atau oral.
"Hindari menggaruk, karena dapat menyebabkan infeksi menyebar dan memperburuk kondisi kulit," ungkapnya.
Menggaruk atau memencet luka juga bisa memperdalam luka dan meninggalkan bekas.
BACA JUGA:Ternyata Vaksinasi Dewasa Dapat Mengendalikan Penyakit Cacar
BACA JUGA:Risiko Mpox di Eropa Rendah, Namun Kasus Impor Diperkirakan Meningkat
Fitria mengingatkan untuk menghindari penggunaan bahan alami yang belum terbukti secara ilmiah, seperti jagung parut, serta menghindari paparan sinar matahari berlebihan selama proses penyembuhan, karena dapat memperparah peradangan dan meningkatkan risiko bekas luka atau hiperpigmentasi. (*)