Indonesia Kembangkan Hilirisasi Energi Baru Terbarukan di Afrika

Asisten Deputi Keamanan dan Ketahanan Maritim Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi Adriani Kusumawardani memberikan sambutan di sela Forum Parlemen Indonesia Afrika (IAPF) 2024 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Minggu (1/9/2024) ANTARA/Dew--

BALI, JAMBIEKSPRES.CO-Pemerintah Indonesia mengembangkan hilirisasi sektor energi baru terbarukan di negara-negara kawasan Afrika untuk memberi nilai tambah ekonomi yang lebih besar.

“Ada banyak potensi di Afrika dan juga nota kesepahaman (MoU) juga tersedia,” kata Asisten Deputi Keamanan dan Ketahanan Maritim Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi Adriani Kusumawardani di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Minggu.

Di sela diskusi terkait potensi investasi pada Forum Parlemen Indonesia dan Afrika (IAPF). 2024, ia menjelaskan kepada para delegasi parlemen di Afrika itu bahwa hilirisasi meningkatkan pendapatan negara, seperti pengalaman saat ini yang digencarkan oleh pemerintah Indonesia.

Ia mengungkapkan untuk pengolahan hasil sumber daya alam nikel di dalam negeri, pendapatan negara bertambah menjadi sekitar 38 miliar dolar AS, atau meningkat berkali lipat dari awalnya hanya 1,3 miliar dolar AS saat kebijakan menjual bahan mentah ke luar negeri.

BACA JUGA:Asosiasi Nilai Pasal Soal Tembakau di PP 28/2024 Batasi Bisnis UMKM

BACA JUGA:Jumlah Penumpang Whoosh Capai 4,2 Juta

Kebijakan itu, lanjut dia, juga membuat Indonesia memiliki fondasi pengembangan industri turunan yakni baterai untuk kendaraan listrik dan energi terbarukan.

“Kebijakan ini dapat diimplementasikan oleh negara Afrika untuk memastikan mereka bisa menangkap nilai lebih dari sumber daya alam mineral,” ucapnya.

Selain mendorong pengembangan hilirisasi di Afrika, Indonesia juga mendukung peningkatan kompetisi dan efisiensi, serta inovasi dan transfer teknologi.

Dalam forum itu, sejumlah potensi kerja sama selatan-selatan di berbagai bidang dapat ditingkatkan seperti pertanian, kesehatan, industri, investasi dan perdagangan.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri RI mencatat nilai total komitmen kerja sama Indonesia dengan negara-negara Afrika pada Indonesia-Africa Forum (IAF) ke-2 pada 2024 mencapai 3,5 miliar dolar AS atau naik dibandingkan pelaksanaan ajang pertama tahun 2018 mencapai 568 juta dolar AS.

Beberapa pencapaian penting dari IAF ke-2 itu mencakup penandatanganan sejumlah MoU dan perjanjian kerja sama strategis yaitu pengembangan energi panas bumi antara PT PLN dengan Tanesco Tanzania.

Kemudian perjanjian mengenai kerja sama transfer teknologi kesehatan antara Biofarma dengan Atlantic Lifescience Ghana dan surat tanda berminat atau Letter of Intent (LOI) antara PT Dirgantara Indonesia dengan AD Trade yang memfasilitasi pembelian dan perawatan pesawat oleh Kongo dan Senegal. (ant)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan