Surplus 2,90 Miliar Dolar AS Neraca Perdagangan RI Agustus 2024
AKTIVITAS BONGKAR MUAT: Pekerja mengemudikan alat berat saat melakukan aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (17/9/2024). BPS mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2024 mengalami surplus 2,90 mili--
Secara lebih rinci komoditas penyumbang defisit terbesar pada Agustus 2024, yang pertama untuk negara Tiongkok yang didorong oleh komoditas mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya, kemudian mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, serta kendaraan dan bagiannya.
Untuk Australia, defisit yang terbesar ada pada komoditas logam mulia dan perhiasan/permata, bahan bakar mineral, serta bijih logam, terak, dan abu. Sedangkan untuk Singapura, defisit yang terbesar pada komoditas bahan kimia organik, mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, serta plastik dan barang dari plastik.
Cerminkan Sumber Devisa yang Beragam
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menilai, surplus neraca perdagangan Agustus 2024 yang mencapai 2,90 miliar dolar AS mencerminkan kemampuan negara untuk menambah devisa dari beragam sumber pendapatan.
"Itu bagus, kita melihat ada peluang mendapatkan tambahan devisa dan ini cerminan dari perekonomian kita yang semakin diversified," kata Febrio usai menghadiri Rapat Pembicaraan Tingkat I RUU APBN 2025 bersama Badan Anggaran (Banggar) DPR RI di Jakarta, Selasa.
Menurut Febrio, surplus tersebut merupakan capaian positif mengingat kondisi perekonomian global, khususnya China yang masih mengalami pelemahan ekonomi.
"Jadi kita bisa membukukan surplus sebesar itu dan akumulasi surplus sangat baik. Untuk kita bisa melihat itu adalah hasil kerja keras untuk perubahan struktur perekonomian kita untuk nilai tambah lebih tinggi. Tidak hanya untuk tahun ini, tetapi juga tahun-tahun berikutnya," ujarnya.
Diketahui, ekonomi China dinilai tengah lesu. Hal ini tercermin dari indeks manajer pembelian atau Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur China yang tercatat mengalami kontraksi 49,1 pada Agustus 2024, turun dari 49,4 pada Juli 2024. Angka ini merupakan penurunan keenam berturut-turut dan bulan keempat di bawah angka 50. (ant)