Permohonan Maaf Putri Soeharto atas Kesalahan Selama Kepemimpinan Ayahnya
Putri Presiden Kedua RI Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana atau Tutut saat berpidato dalam Silaturahmi Kebangsaan Pimpinan MPR RI bersama Keluarga Besar Presiden Kedua RI Jenderal Besar TNI (Purn) H. M. Soeharto di Kompleks Parlemen Senayan--
JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Siti Hardijanti Rukmana, putri dari Presiden Kedua RI, Soeharto, yang lebih dikenal sebagai Tutut, mengungkapkan permohonan maaf atas segala kesalahan yang mungkin dilakukan oleh ayahnya selama masa kepemimpinannya yang berlangsung 32 tahun.
Permohonan maaf ini disampaikan dalam acara Silaturahmi Kebangsaan Pimpinan MPR RI bersama keluarga Soeharto di Kompleks Parlemen Senayan.
Dalam sambutannya sebagaimana dikutip dari Antara, Tutut mengungkapkan pentingnya kesadaran akan tindakan masa lalu.
BACA JUGA:Presiden Sudah Perintahkan Bentuk Angkatan Siber TNI
BACA JUGA:Presiden Tegaskan Tidak Akan Terbitkan Perppu Pilkada
“Kami menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Selama 32 tahun, ada banyak keputusan yang diambil demi kepentingan bangsa, dan kami mohon maaf jika ada kesalahan yang terjadi,” katanya.
Tutut juga menekankan bahwa sudah saatnya untuk melihat apa yang benar dan salah, serta mendorong persatuan di antara rakyat Indonesia.
“Persatuan jauh lebih penting daripada perasaan dendam atau konflik. Mari kita fokus pada kemajuan bersama,” imbuhnya.
Saudaranya, Siti Hediati Hariyadi atau Titiek, menambahkan bahwa pencapaian Soeharto selama masa kepemimpinannya adalah hasil dari kerja sama berbagai pihak.
“Kita tidak bisa melupakan kontribusi yang telah diberikan ayah kami kepada bangsa ini. Namun, kami juga minta maaf jika ada yang merasa tersakiti,” tuturnya.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo, menyerahkan surat terkait pencabutan nama Soeharto dari Tap MPR Nomor 11 Tahun 1998.
Tap tersebut berisi regulasi yang bertujuan untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), dan menyebutkan nama Soeharto sebagai penguasa Orde Baru.
Acara ini dihadiri oleh sejumlah pimpinan MPR RI, termasuk Wakil Ketua MPR, serta Menteri Hukum dan HAM, Supratman Andi Agtas.
Semua hadir untuk merayakan silaturahmi dan mengenang masa lalu, sembari berharap untuk masa depan yang lebih baik bagi Indonesia. (*)