Potensi Kanker akibat Penggunaan Hidrokuinon Tinggi
Ilustrasi penggunaan produk perawatan wajah. (Shutterstock)--
JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO- dr. Adhimukti T. Sampurna Sp.KK, seorang dokter spesialis kulit dan kelamin dari Universitas Indonesia, mengingatkan masyarakat mengenai risiko penggunaan hidrokuinon dengan konsentrasi tinggi, yang dapat berpotensi menimbulkan kanker serta efek jangka panjang lainnya.
“Penggunaan hidrokuinon yang berlebihan dapat memicu hiperpigmentasi paradoks, risiko toksisitas, dan bahkan potensi kanker,” ujar Adhi dalam pernyataannya dikutip dari ANTARA.
Ia menjelaskan bahwa batas maksimum hidrokuinon yang aman dalam produk perawatan kulit adalah 2 persen, dan penggunaannya harus selalu di bawah pengawasan dokter.
BACA JUGA:Mitos Seputar Kanker Akibat Minum Kopi dan Kebiasaan Rebahan
BACA JUGA:Masyarakat Diimbau Rutin Periksa Kesehatan untuk Mencegah Kanker
Untuk konsentrasi yang lebih tinggi, yaitu 4 persen atau lebih, penggunaan harus berdasarkan resep dokter.
Hidrokuinon umumnya digunakan untuk mencerahkan kulit dan mengatasi flek hitam.
“Cara kerjanya adalah dengan menghambat enzim yang bertanggung jawab dalam produksi melanin, yang memberi warna pada kulit. Dengan menurunkan produksi melanin, hidrokuinon membantu menyamarkan hiperpigmentasi,” kata Adhi.
Meskipun efektif, penggunaan hidrokuinon dalam waktu lama dapat memberikan dampak negatif, terutama jika kadarnya terlalu tinggi.
“Dalam jangka pendek, dapat timbul iritasi, kemerahan, dan sensitivitas yang meningkat terhadap sinar matahari,” tambahnya.
BACA JUGA:Memahami Metastasis Kanker Payudara Her2-Low, Apa yang Perlu Diketahui
BACA JUGA:Komunitas Lovepink Tingkatkan Kesadaran Kanker Payudara Her2-Low
Efek samping lainnya bisa termasuk kulit kering, pengelupasan, dan dermatitis kontak alergik. Oleh karena itu, penting untuk memilih produk perawatan kulit yang aman dan bebas dari hidrokuinon.
Salah satu cara untuk mengenali produk yang mengandung hidrokuinon adalah dengan memperhatikan perubahan warna; produk tersebut akan berubah menjadi coklat saat teroksidasi oleh udara. (*)