Dilarang Memegang dan Berenang Bersama Dugong

Pengunjung menyaksikan dugong yang sedang berenang di Alor. ANTARA/Kornelis Kaha.--

Namun demikian, uang yang mereka terima dibagi lagi untuk konservasi wilayah sekitar, biaya perawatan kawasan wisata dan ada biaya lainnya.

Kehadiran dugong di daerah tersebut menjadi simbol persahabatan antara manusia dan alam di Pulau Alor. Nelayan-nelayan sekitar menjaga mamalia tersebut dengan baik.

Bahkan ada 16 nelayan di daerah sekitar yang membentuk Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) yang diberi nama Sinar Kabola untuk menjaga dan merawat habitat laut di daerah atau area kemunculan dugong.

Pokmaswas Sinar Kabola yang beranggotakan 16 orang ini telah berpartisipasi aktif dalam membantu Kantor Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan, Provinsi Nusa Tenggara Timur Wilayah Alor (KCD Alor), untuk melaksanakan fungsi pengawasan berbasis masyarakat.

Para nelayan membantu pengawasan pesisir dan laut di Taman Perairan Kepulauan Alor terhadap aktivitas perikanan merusak dan secara khusus pengawasan di habitat dan wilayah kemunculan dugong

Ketua Pokmaswas Sinar Kabola, Sardin Lotang, mengatakan tugas Pokmaswas yang dipimpinnya adalah merawat daerah tersebut yang menjadi tempat bermainnya dugong agar tidak rusak.

Kawasan tersebut masuk dalam kawasan konservasi yang dikenal dengan sebutan Taman Perairan Kepulauan Alor, Nusa Tenggara Timur. Kawasan ini dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Alor.

Selain menjaga dan merawat kawasan itu agar menjadi kawasan yang aman bagi ikan dan dugong, Pokmaswas juga bertugas merawat pesisir pantai agar tetap bersih.

Atas sepengetahuan Dinas Pariwisata di Kabupaten Alor, para nelayan telah bersepakat mengenai nilai tarif untuk menyaksikan dugong bagi wisatawan yang hendak menyaksikan langsung mamalia yang dilindungi tersebut.

Untuk wisatawan domestik biaya masuk ke kawasan pantai dan menyaksikan dugong sebesar Rp150 ribu untuk satu kapal yang dapat menampung empat sampai lima orang.

Bagi wisatawan mancanegara harga sewa kapal mencapai Rp200 ribu dengan durasi menyaksikan sekitar 30 menit. Waktu 30 menit itu sudah menjadi kesepakatan antara semua nelayan yang mengoperasikan kapal.

Menyaksikan atraksi dugong sangat diminati pengunjung. Dugong yang dikenal dengan panggilan Mawar di area ini merupakan dugong yang unik, sebab bukan dugong yang pemalu.

Dugong pada umumnya jika melihat manusia, akan melarikan diri semakin dalam menyelam untuk menyembunyikan diri. Namun, Mawar yang merupakan dugong berjenis kelamin jantan, justru muncul di permukaan dan ramah dengan manusia.

Saat dipanggil namanya, Mawar langsung muncul ke permukaan dan berenang mengikuti kapal yang dinaiki oleh wisatawan. Mamalia tersebut terlihat senang dengan putaran baling-baling yang ada di bawah kapal tersebut.

Saat ini, menurut data dari Pokmaswas Sinar Kabola, terdapat dua ekor dugong di kawasan perairan Kabola, tepatnya di Pulau Sikka yang sering menjadi tempat main dan makan dari dugong.

Tag
Share