Dilaksanakan Turun Temurun, Sebagai Wujud Syukur Kepada Tuhan
UPACARA SEREN TAUN: Upacara Seren Taun yang dilaksanakan di Kasepuhan Cisungsang Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas melimpahnya panen padi. FOTO: FOTO ANTARA/Mansyur S --
Melestarikan Budaya Seren Taun di Kasepuhan Cisungsang
Suasana perkampungan di kawasan kaki Gunung Halimun Salak di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, pagi itu sedang ramai. Cuaca terasa dingin, namun tidak menghalangi warga merayakan tradisi Seren Taun untuk berkumpul di rumah Kasepuhan Cisungsang.
—-
MASYARAKAT yang mengenakan pakaian dan celana adat, dengan warna serba hitam, memperlihatkan aura rasa gembira menyambut tradisi Seren Taun yang dilaksanakan setiap setahun sekali, sebagai bentuk wujud rasa syukur atas hasil panen padi.
Perayaan tradisi itu sejak turun temurun hingga ribuan tahun dan dilaksanakan pada Bulan Rayagung dalam kalender masyarakat Sunda.
Para tamu undangan, terdiri dari pejabat Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Pemerintah Provinsi Banten, dan Kabupaten Lebak, hingga pemerhati budaya, satu per satu datang untuk ikut merayakan tradisi masyarakat adat itu.
Ritual upacara adat itu dilaksanakan di depan "Leuit Si Jimat". Leuit artinya tempat dan jimat artinya sesuatu yang dianggap berharga. Istilah jimat dianggap memiliki sesuatu kekuatan magis yang dapat membawa keberuntungan atau keberkahan.
BACA JUGA:Tokoh Adat Dukung Deri-Aswanto, Dari Lembaga Adat Lekuk 50 Tumbi Kecamatan Gunugn Raya
BACA JUGA:Deri Mulyadi Disambut Hangat di Kenduri Sko Tigo Luhah oleh Tokoh Adat dan Warga Kerinci
Upacara adat dimulai dengan datangnya rombongan arak-arakan padi yang ditandu oleh empat orang rendangan. Tandu tersebut berisi padi indung, diiringi para dayang, yakni gadis remaja, lengkap dengan baju kebaya dan kain sampirnya.
Setelah menjalani upacara, dilanjutkan dengan memasukkan padi-padi yang diarak ke dalam Leuit Si Jimat, sambil diiringi puji-pujian, "Ayeuna Si Nyai ku, Kami diamitkeun", yang artinya, "Sekarang Si Nyai oleh kami dirapikan".
Padi yang pertama kali dimasukkan adalah padi indung, kemudian disusul padi lainnya, sambil membaca doa dan pembakaran kemenyan yang asapnya tiada henti mengepul.
Angklung buhun yang berada di samping Leuit Si Jimat ikut mengiringi puji-pujian dibarengi dengan petikan kecapi serta tiupan suling, sehingga suasana perayaan Seren Taun semakin hening dan khusyuk.