Mengenal Lebih Dekat Plt Rektor UIN STS Jambi
Prof. Dr. H. Abu Rokhmad.,M.Ag.--
Prof Abu Rokhmat : Tidak Ada Perjuangan Yang Sia – sia
JAMBI – Tidak memiliki cita cita bukan berarti tidak memiliki tujuan dalam kehidupan. Hal itu menjadi kata kunci saat berbincang langsung dengan Plt Rektor UIN STS Jambi, Prof. Dr. H. Abu Rokhmad.,M.Ag.
Diakuinya dari kecil dirinya tidak memiliki cita-cita layaknya anak seusianya, hal ini karena dirinya tidak terlahir dari keluarga mampu.
Tetapi bungsu dari 8 bersaudara ini sangat senang dengan yang namanya 'belajar'. Bahkan diakui beberapa ustadz yang pernah membimbing, dirinya adalah siswa dengan prestasi yang sangat baik.
"Saya akui kalau cita-cita saya tidak punya. Tetapi kalau di desa kan guru itu adalah sosok yang disegani saya pernah berpikir untuk menjadi guru tetapi sepertinya sulit dengan keadaan saya saat itu," kata laki laki yang biasa di sapa Prof. Abu ini diruang kerjanya.
Tetapi ada satu hal yang membentuk karakter kepemimpinannya saat ini. Walaupun diakuinya mungkin ini bukanlah hal yang istimewa tetapi sangat membekas dalam kehidupannya.
"Dulu saat ayah saya meninggal saya kelas 4 atau 5 SD saya harus mengembala kerbau. Disini saya harus mengarahkan kemana kerbau itu pergi jangan sampai masuk ke pekarangan orang," kata Prof. Abu.
Tetapi dengan badan yang sangat kecil saat itu dirinya sering sekali terjatuh akibat dorongan dari badan si kerbau. Tetapi hal itu tidak menyurutkan tekadnya untuk terus mengembala membantu sang ibu.
"Kalau masuk ke pekarangan orang kan pasti saya arahkan ke tempat lain, tetapi dengan badan yang kecil ya sering terjatuh akibat terkena badan kerbau," kata Prof. Abu.
Dirinya akan mengembala kerbau hingga adzan ashar berkumandang. Ini karena dirinya harus melanjutkan pendidikan mengaji sore di madrasah.
"Saat adzan ashar saya akan mengembalikan 'pecutan' kerbau ke ibu saya," jelasnya.
Dengan terbiasa mengembala ini dirinya belajar filosofi kepemimpinan karena seseorang pengembala harus dapat mengambil keputusan yang baik agar kerbau yang digembalanya tetap baik baik saja.
Hal inilah menjadi salah satu faktor jiwa kepemimpinannya saat ini. Ini menjadi dasar bagaimana dirinya dalam mengambil keputusan dan memperlakukan orang lain. Karena semua orang memiliki cara dan juga gaya dalam bekerja.
"Tidak tau mengembala kerbau itu lebih sulit atau lebih mudah. Mungkin terlihat lebih mudah karena pengembala bisa otoriter karena memiliki kekuatan," kata laki-laki kelahiran 7 April 1976 ini.