Batik Jambi Bukti Sains dan Globalisasi

Gamaliel Septian Airlanda--

Oleh : Gamaliel Septian Airlanda*

Belakangan ini, karya seni produk budaya dan sejarah kembali diangkat melalui pendidikan sebagai cara untuk melestarikan local wisdom. Respon positif diberikan masyarakat walau terkadang bertabrakan dengan eksistensi artificial intelligence yang juga punya polanya sendiri. Salah satu keunggulan karya seni produk budaya masa lampau adalah proses penemuannya yang panjang. Proses penemuan yang didasarkan pada observasi lingkungan ini lahir sebagai produk pengetahuan yang tak lekang oleh zaman. Penelitian berjudul: “Life Long Learning Process to Reform the Theories and Practices of Education Sector in the Country” dipublikasikan di tahun 2022. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa proses komunikasi panjang dan terjadi secara natural pada komunitas maupun alam akan mampu menghasilkan produk pemikiran manusia yang berpeluang dikenal lokal hingga global. Sebuah jurnal penelitian sejenis telah diteliti di tahun 2023 dengan judul: “Examination of Relationship Between Academicians’ Lifelong Learning Tendencies and Thinking Styles”. Jurnal ini menjelaskan bahwa proses panjang sebuah interaksi berpikir terhadap lingkungan sekitar akan berdampak pada cara hidup seseorang. Kondisi ini mampu mengubah thinking styles scale atau skala gaya berpikir. Lebih mudahnya, cara orang berpikir akan membentuk perilaku hidup yang berdampak pada persepsi dan mindset. 

Sebuah karya seni hasil budaya merupakan contoh nyata perpaduan antara hasil observasi lingkungan, pola pikir, serta keterampilan. Produk ini lahir dari interaksi mendalam seseorang dengan lingkungan yang kemudian disesuaikan dengan kebutuhan. Batik adalah contoh paling tepat menggambarkan keselarasan pikir ini. Penelitian tentang filosofi Batik menjelaskan bahwa karya seni ini mampu menggambarkan: perubahan pola kebutuhan masyarakat, waktu, karakteristik tempat, aktualisasi sebuah situasi. Penjelasan lengkap dari fakta ini ditulis pada jurnal yang berjudul: “Philosophical Meaning of Pariangan Batik Motifs as an Effort to Preserve Minangkabau Culture” di tahun 2023. Dengan demikian, dapat ditarik benang merah yang kuat bahwa Batik dapat dijadikan rujukan pengetahuan dalam dunia pendidikan karena karya ini berasal dari pemikiran serta proses yang teruji layaknya metode ilmiah. Jika jurnal merupakan hasil karya ilmiah rujukan para peneliti, maka karya seni Batik mampu dijadikan produk rujukan para pembelajar. 

Fakta ini selaras dengan pengalaman saat Saya melakukan kunjungan ke Jambi di bulan November 2024. Saya sangat beruntung bertemu dengan Datuk Zainul Bahri di Bahri Batik Danau Sipin Kota Jambi dan dikenalkan dengan berbagai jenis motif batik Jambi. Tidak jauh berbeda dengan motif Batik Jawa yang pernah Saya pelajari sebelumnya, Batik Jambi memiliki filosofi dan cerita yang menarik dibalik pembuatannya. Budaya Indonesia memang sudah tidak perlu diragukan lagi. Sekali bercerita tentang filosofi budaya Indonesia, maka rangkuman tentang sebagian dunia akan ada di dalamnya. Sebagai seorang peneliti pendidikan, Saya tertarik dengan prinsip pendidikan kontekstual yang dapat dibahas melalui motif Batik Jambi. Adapun hasil analisisnya berkaitan dengan hal berikut ini:

Motif Batik Jambi Bukti Komunikasi Global yang Tidak Condong Sebelah

Jika ada yang menganggap bahwa Indonesia adalah negara yang belum mampu bersaing di kancah global itu adalah salah besar. Bahkan jika ada pandangan bahwa orang Indonesia belum masuk dalam komunitas global hanya karena kemampuan Bahasa Inggris yang rendah, maka kita perlu bantah dengan tegas. Fakta Batik Jambi mampu menjelaskan bahwa sejak zaman dulu masyarakat Indonesia telah diterima dan bahkan menjadi pelopor komunitas global. Pendapat ini diperkuat dengan adanya pengaruh motif Cina, India dan Arab dalam motif batik Jambi. Berikut ini bukti perpaduan motif batik Jambi dengan budaya Arab.

Fakta bahwa komunikasi global telah terjalin melalui Batik Jambi tidak terelakkan. Komunikasi ini pun tidak memerlukan Bahasa Inggris sebagai bahasa pemersatunya. Prinsip pendidikan yang layak dipelajari pada bagian ini adalah kontekstualisasi pendidikan akan lebih bermakna dan menghasilkan produk yang bertahan dari masa ke masa. Selain itu, kritik untuk pendidikan masa kini adalah sudut pandang kolaborasi yang tidak condong sebelah. Banyak jenis kolaborasi pendidikan justru condong mengunggulkan gaya pendidikan Barat. Kurikulum pendidikan saat ini mengarahkan siswa untuk menguatkan kemampuan dan keterampilan individu namun melupakan fungsi dirinya di dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia. Banyak anak memiliki kognitif tinggi dengan keegoisan yang juga tidak kalah tinggi. Dirinya ingin dipahami tanpa memahami orang lain. 

Tamparan keras bagi fakta pendidikan ketika melihat produk Batik sebagai karya kurikulum masa lalu. Motif batik yang tidak condong sebelah walau dipengaruhi oleh budaya negara lain. Kain yang tidak kecina-cinaan, kearab-araban atau keindia-indiaan. Namun, motif yang telah diolah sehingga layak diterima sebagai hasil akulturasi budaya. Orang Jambi akan tetap bangga mengenakan motif ini karena tetap kental dengan karakter lokal. Pertanyaan besar bagi pendidikan Indonesia yang kabarnya akan kembali merubah kurikulumnya. Sudahkah memperhatikan keselarasan dengan masyarakat lokal? Atau pendidikan hanya sekedar tempel menempel prinsip dari luar negeri?

Motif Batik Jambi Bukti Sains dalam Seni

Jika ada yang berpendapat masyarakat Indonesia tidak mengenal sains sejak dulu maka dengan lantang kita harus bantah. Jika ada yang mengatakan masyarakat Indonesia tidak terdidik dengan sains maka kita perlu berteriak bahwa itu salah. Dominansi motif batik Jambi justru mampu menggambarkan sains kontekstual dengan begitu kuat. Motif seperti angso duo, merak ngeram, riang-riang merupakan contoh identifikasi hewan sebagai bagian dari ekosistem di Jambi. Berikut ini gambar motif batik Jambi Riang-riang.

Melalui gambar di atas dapat diketahui dengan jelas penggambaran hewan Riang-riang yang dapat diidentifikasi anatomi tubuhnya. Bentuk sayap yang nampak jelas, bentuk kepala hingga bagian perutnya. Riang-riang merupakan istilah untuk serangga tonggeret yang dikenal masyarakat Jambi. Hewan ini mudah ditemui dulunya dan berbunyi nyaring. Betapa luar biasanya sebuah motif batik yang sekaligus mampu menjelaskan prinsip anatomi morfologi hewan sekaligus gambaran ekosistem sekitar Jambi di masa lampau. Media semacam ini diburu oleh guru-guru sekolah dasar untuk dipakai dalam pembelajaran di kelas. Namun, guru-guru terkadang lupa kalau ada batik sebagai media pembelajaran yang proses pikirnya telah teruji bertahun-tahun yang tidak kalah dengan media yang datang dari teknologi bangsa Barat. 

Motif lain seperti Durian Pecah, Bungo Melati, Bungo Taratai, Bungo Tanjung, Daun Keladi adalah bagian keanekaragaman tumbuhan yang dapat dipelajari. Betapa takjubnya ketika mengetahui bahwa motif bunga adalah penggambaran sains yang sangat kompleks layaknya para peneliti Biologi. Berikut ini adalah gambar batik Jambi motif bunga Melati.

Perhatikan dengan seksama motif batik di atas dengan cara peneliti Biologi untuk menggambar diagram bunga sebagai bagian dari komunikasi ilmiah yang digunakan peneliti Biologi seluruh dunia. Adapun gambar rumus dan diagram bunga adalah sebagai berikut:

ika dilihat dengan seksama, maka motif batik mampu menggambarkan dengan jelas bentuk dan jumlah mahkota, kelopak, benang sari hingga putik. Bahkan dalam pengetahuan Biologi, bentuk motif batik dapat dikategorikan sebagai diagram bunga secara ilmiah. Inilah bukti sains yang sangat kuat telah muncul dalam karya seni masyarakat Jambi. Dalam hal ini, batik telah mampu menunjukkan kedigdayaan pengetahuannya yang mengagumkan. Kita harus bangga dan bersedia belajar melestarikannya. Pertanyaan bagi para pengambil kebijakan pendidikan, sudahkah karya seni dan budaya menjadi media belajar? Atau masih sebatas sebagai sarana entertain pendidikan semata? 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan