Undang Siswa ke KBRI, Mengaku Senang Belajar Bahasa Indonesia
PENGHARGAAN: Atdikbud KBRI Canberra Mukhamad Najib memberi penghargaan kepada siswa Melrose High School di Canberra, Australia pada Jumat (1/12/2023). --
Selain penghargaan, Kantor Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Kedutaan Besar RI Canberra berkomitmen untuk meningkatkan wawasan kebahasaan dan kebudayaan Indonesia bagi para guru bahasa Indonesia di Australia.
Bahkan, Oktober lalu, KBRI Canberra mengadakan lokakarya pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan wawasan dan keterampilan mengajar para pengajar BIPA di sekolah-sekolah Australia.
Berdasarkan keterangan KBRI Canberra, kegiatan itu diikuti oleh 35 guru bahasa Indonesia yang mengajar di sekolah-sekolah di Canberra.
Lokakarya tersebut mengangkat tema “Local Wisdom-Based Instruction in Indonesian for Foreign Learners”. Tema ini dipilih karena integrasi kearifan lokal dalam pembelajaran BIPA dinilai sangat penting dalam membantu peserta didik memahami budaya Indonesia dengan lebih baik.
Selain itu, integrasi kearifan lokal juga dapat membantu meningkatkan minat peserta didik dalam mempelajari bahasa Indonesia dan memperkaya pengalaman belajar mereka, kata pernyataan tersebut.
Dalam lokakarya yang diadakan atas kerja sama dengan Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra (FPBS) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) itu, para peserta mempelajari materi kearifan lokal dan integrasi kearifan lokal dalam pembelajaran BIPA. Peserta juga mengikuti praktik simulasi mengajar menggunakan pendekatan kearifan lokal. Atdikbud KBRI Canberra, Mukhamad Najib, menyampaikan komitmennya membantu guru-guru di Australia untuk meningkatkan kapasitasnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Menurut Najib, guru bahasa Indonesia saat ini tidak hanya berperan mengajarkan bahasa Indonesia, tetapi juga meningkatkan literasi tentang Indonesia.
Oleh karena itu, para guru juga harus mengenal lebih dalam mengenai masyarakat dan budaya Indonesia.
“Guru memiliki peran sentral dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Australia, guru menjadi jembatan antar budaya, dan dapat merekatkan hubungan Indonesia-Australia," ujar Najib.
"Kami memberikan pelatihan, membantu menyediakan bahan ajar, serta siap mengirimkan asisten guru bahasa Indonesia, agar bisa membantu guru dalam mengajarkan dan mempromosikan bahasa Indonesia di sekolah”, sambung dia.
Lokakarya itu juga merupakan bagian dari kegiatan pengabdian masyarakat FPBS UPI. Menurut Dekan FPBS UPI, Prof Dr Tri Indri Hardini, pengabdian kepada masyarakat (PkM) di luar negeri sudah menjadi komitmen UPI, khususnya dalam membantu internasionalisasi Bahasa dan Budaya Indonesia.
Salah satu instruktur lokakarya, Prof Yulianeta, menyampaikan bahwa dalam pembelajaran BIPA, penting untuk memperhatikan karakteristik para pembelajar asing, seperti ketidaktahuan tentang budaya dan tata bahasa Indonesia, guna menghindari kesalahan dalam berbahasa.
Seorang guru dari Burgmann Anglican School, Naomi, mengaku senang bisa mengikuti kegiatan ini karena memperoleh ilmu baru dan menarik untuk diterapkan dalam pembelajaran di sekolah.
Sementara Richard, guru Trinity Christian School mengaku tertarik dengan metode pembelajaran BIPA dengan pendekatan kearifan lokal. (ant)