Napas Tradisi yang Tetap Bergema Untuk Lingkungan
MEMBATIK: Seorang pekerja menggoreskan canting pada kain batik dengan pewarna alami di Desa Ciwaringin, Cirebon, Jawa Barat. FOTO: ANTARA/FATHNUR ROHMAN --
Cerita Batik Ciwaringin, Cirebon, Jawa Barat
Asal-usul batik Ciwaringin bermula dari Babakan, sebuah wilayah di Cirebon yang dikenal sebagai pusat pendidikan agama Islam dengan hadirnya pondok pesantren.
---
DI sebuah ruang kerja sederhana di Desa Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, aroma khas kayu mahoni dan kulit manggis menguar dari wajan yang berisi cairan pewarna alami.
Di tempat itu, seorang perajin batik tampak tekun mengguratkan malam panas di atas kain putih, untuk menghidupkan pola-pola khas yang kaya akan cerita.
Di sudut lain, seorang ibu sedang mencelupkan kain ke dalam cairan warna pekat, mengulang proses itu hingga beberapa kali demi menghasilkan warna yang sempurna.
BACA JUGA:Terkenal Dengan Produk Batik Tulis Klasik
BACA JUGA:Berawal Dari Hobi Menato, Kini Jadi Mentor Membatik
Suasana ini adalah gambaran keseharian di sentra batik Ciwaringin, sebuah tradisi yang telah hidup sejak akhir abad ke-18.
Bagi Fatoni, pengusaha sekaligus perajin batik di daerah tersebut, kondisi ini adalah napas sehari-hari yang tak pernah ia lupakan.
Ia menuturkan seorang tokoh bernama Ki Madamin mengajarkan seni membatik di daerah itu. Namun, seiring berjalannya waktu, fokus di Babakan beralih ke pendidikan para santri, sehingga tradisi membatik diteruskan oleh masyarakat Ciwaringin.
“Dulu, kain dan batik dibuat di Babakan. Ilmunya diwariskan ke sini, dan kami teruskan hingga sekarang,” katanya.
Masyarakat di Ciwaringin, termasuk dirinya, saat ini masih melestarikan dan menjaga tradisi batik yang diajarkan tokoh tersebut.
Fatoni memiliki alasan kuat untuk melanjutkan tradisi ini, yakni ingin merawat budaya agar batik tidak punah. Selain sisi ekonomi, ada nilai keberkahan, kebersamaan, dan kesehatan dalam batik Ciwaringin.