Jaga Keindahan Bawah Laut, Restorasi Terumbu Karang Secara Mandiri

MARATUA PEDULI LINGKUNGAN: Rico (kiri), pendiri Maratua Peduli Lingkungan (MPL) sekaligus Kepala Kampung Payung-Payung, Kecamatan Maratua, Kabupaten Berau. --

Keresahan Rico cukup beralasan. Berdasar penelitian yang dilakukan oleh Universitas Airlangga, dalam 50 tahun terakhir, kerusakan ekosistem perairan di Maratua meningkat hingga 50 persen. Salah satu penyebab kerusakan sumber daya di wilayah ini adalah aktivitas penangkapan yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan bahan peledak.

Berangkat dari keresahan itu, Rico pulang untuk mengabdi di kampung halamannya selepas kuliah jurusan perikanan di Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur.

Rico dan pemuda-pemuda di Kecamatan Maratua memulai aksi mereka dengan merestorasi terumbu karang secara mandiri pada tahun 2014. Mereka mencari tahu sendiri cara melakukan transplantasi terumbu karang.

Mereka sempat berhasil membuat stasiun terumbu karang untuk yang digunakan untuk memantau dan meneliti kondisi terumbu karang. Sayangnya, stasiun terumbu karang perdana itu rusak karena dihantam angin selatan, selain karena metode mereka masih belum tepat.

Seiring berjalannya waktu, mereka terus belajar melakukan transplantasi terumbu karang yang benar. Beruntung, ada pelatihan dan pendampingan dari Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) serta lembaga masyarakat lainnya.

Kini, kelompok itu sudah memiliki sembilan stasiun terumbu karang, dua di antaranya sudah pulih.

"Awalnya sih kami diketawain. Setelah kisaran satu hingga dua tahun, mereka melihat progresnya. Kita juga terus ajak nelayan diskusi. Akhirnya mereka mulai meninggalkan illegal fishing," papar Rico yang juga sempat mendapat ancaman di awal perjuangannya.

MPL memilki sekitar 28 orang anggota yang didominasi anak muda dari empat kampung di Maratua, yakni Teluk Harapan, Payung-Payung, Teluk Alulu, dan Bohe Silian.

Kegiatan mereka berkembang tidak hanya fokus pada pemulihan terumbu karang, namun juga pembersihan sampah di laut dan daratan melalui program penjemputan sampah serta aktivitas menanam dan pelestarian konservasi hutan bakau.

Tentu saja, mereka selalu melibatkan masyarakat agar kesadaran penduduk dalam menjaga sumber daya alam dan ekosistem di Pulau Maratua terus lestari. Sehingga, Pulau Maratua bertumbuh menjadi destinasi wisata andalan yang terjaga keindahan alamnya.

Salah satu upaya yang dilakukan kelompok ini adalah membeli ikan hasil nelayan dengan harga yang lebih tinggi dari pasaran. Syaratnya, nelayan tersebut harus menangkap ikan dengan metode yang tidak merusak. Ikan-ikan tersebut disimpan di empat freezer yang mereka miliki sebelum dijual ke sejumlah tempat penginapan di Maratua.

Upaya mereka sudah membuahkan hasil. Para nelayan mulai menggunakan metode tangkap alias memancing dan metode pasif yakni dengan budidaya menggunakan keramba jaring apung.

Bahkan ada titik di perairan yang dulu sudah ditinggalkan, kini menjadi tempat nelayan mencari ikan lagi.

"Kalau bukan kami siapa lagi?" kata Rico yang sudah tiga tahun ini juga menjabat sebagai Kepala Kampung Payung-Payung.

Jika Rico berupaya menjaga kelestarian Pulau Maratua, Eri Setiawan memiliki visi untuk menggali potensi wisata yang ada di Maratua serta mendorong masyarakat lokal seperti dirinya sebagai pelaku utama.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan