Indonesia Tambah Produsen Vaksin untuk Tingkatkan Kapasitas Produksi Global
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam Gavi Board Meeting di Bali.--
JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO– Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa Indonesia berencana menambah satu produsen vaksin baru dalam waktu dekat, menjadikan total produsen vaksin di Indonesia menjadi empat perusahaan.
Langkah ini seiring dengan upaya untuk melakukan transfer teknologi dari produsen vaksin global guna meningkatkan kapasitas produksi vaksin di dalam negeri dan global.
“Dulu Indonesia hanya memiliki satu produsen vaksin, yaitu Biofarma, namun dalam dua tahun terakhir, jumlah produsen vaksin di Indonesia telah meningkat menjadi tiga, dengan dua di antaranya berasal dari sektor swasta,” ujar Budi dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis (5/12).
BACA JUGA:IDAI rekomendasikan vaksin PCV usia 0-18 tahun untuk cegah pneumonia
BACA JUGA:Vaksin Mpox di Indonesia Telah Mendapat Persetujuan WHO dan BPOM, Bukan Vaksin Eksperimental
Budi menekankan pentingnya diversifikasi produsen vaksin dan transfer teknologi untuk memperbesar kapasitas produksi vaksin secara global.
Menurutnya, pandemi COVID-19 memberi pelajaran penting tentang pentingnya tidak tergantung pada satu produsen vaksin saja.
Sebagai contoh terbaru, Budi menyebutkan kerja sama antara Merck Sharp Dohme (MSD) dan Biofarma untuk produksi vaksin HPV.
Selain itu, Biofarma juga memproduksi vaksin polio yang didistribusikan ke lebih dari 150 negara melalui program UNICEF.
“Biofarma juga kami dorong untuk segera mendapatkan sertifikasi WHO PQ (Prequalification), meskipun prosesnya panjang dan birokratis. Dengan masukan kami, WHO mulai menyederhanakan proses tersebut. Ini penting untuk memastikan pasokan vaksin yang cukup di dunia demi mencegah pandemi berikutnya,” jelasnya.
Budi juga menyoroti peran Indonesia dalam mendukung transfer teknologi ke negara-negara berkembang, seperti kerja sama Biofarma dengan Senegal untuk mengembangkan kapasitas produksi vaksin di Afrika.
“Saya percaya kapasitas produksi vaksin tidak boleh terkonsentrasi hanya di negara-negara utara. Teknologi harus didistribusikan ke negara-negara selatan agar lebih banyak nyawa dapat diselamatkan,” tambahnya.
Langkah ini menjadi bagian dari komitmen Indonesia untuk memperkuat kerjasama global dalam menghadapi tantangan kesehatan di masa depan. (*)