Taksi Terbang Merekvolusi Sistem Transportasi di Indonesia

Ilustrasi. Taksi terbang EHang 216 lepas landas saat menjalani 'demo flight' di kawasan Klungkung, Bali--

YOGYAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO- Kepala Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) Universitas Gadjah Mada (UGM) Ikaputra mengungkapkan bahwa rencana pengembangan taksi terbang akan merevolusi sistem transportasi di Indonesia, dengan menawarkan solusi untuk berbagai tantangan transportasi yang ada saat ini.

"Taksi terbang diyakini akan merevolusi sistem transportasi di Indonesia, mengingat potensi besar yang dimilikinya," ujar Ikaputra dalam keterangan resmi yang diterima di Yogyakarta, Kamis.

Taksi terbang, yang merupakan inovasi di bidang transportasi udara, kini mulai menarik perhatian di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Salah satu proyek besar yang akan mengimplementasikan teknologi ini adalah rencana pengoperasian taksi terbang di Ibu Kota Nusantara (IKN), yang akan menjadi pusat pengembangan teknologi transportasi masa depan.

Menurut Ikaputra, pengembangan taksi terbang di Indonesia tidak hanya terfokus pada aspek teknologi, tetapi juga pada persiapan regulasi dan infrastruktur yang mendukung. Dalam hal ini, kolaborasi dengan perusahaan internasional, seperti Volocopter, menjadi langkah strategis untuk memastikan teknologi ini sesuai dengan standar internasional.

"Selain teknologi, persiapan regulasi dan infrastruktur yang mendukung pengoperasian taksi terbang sangat penting. Pemerintah harus memastikan bahwa taksi terbang dapat diakses secara inklusif oleh masyarakat luas, tidak hanya kalangan tertentu," jelas Ikaputra.

Ikaputra juga menyoroti tantangan terkait pengoperasian taksi terbang, salah satunya adalah penyediaan landasan vertikal (vertiport) di kawasan perkotaan yang padat. "Tantangan besar berikutnya adalah penyediaan vertiport, yang harus dirancang dengan baik, mengingat tingginya kepadatan kota-kota besar di Indonesia," katanya.

Selain itu, untuk memastikan penerimaan masyarakat terhadap teknologi ini, diperlukan sosialisasi yang masif agar publik memahami manfaat dan potensi taksi terbang. Diperlukan juga regulasi yang ketat terkait aspek keamanan penerbangan yang terintegrasi dengan sistem transportasi yang sudah ada.

Lebih jauh lagi, Ikaputra percaya bahwa taksi terbang akan mengurangi kemacetan di kota-kota besar, serta memberikan akses transportasi ke daerah-daerah terpencil yang sebelumnya sulit dijangkau oleh moda transportasi konvensional. "Taksi terbang bukan hanya solusi kemacetan, tetapi juga membuka peluang besar bagi pengembangan wilayah terpencil, terutama di IKN," ujar dia.

Dosen Departemen Teknik Mesin dan Teknik Industri Fakultas Teknik UGM, Gesang Nugroho, menambahkan bahwa keberadaan drone penumpang atau taksi terbang sangat dibutuhkan di Indonesia.

Salah satu alasan utamanya adalah tingginya kepadatan jalan akibat semakin banyaknya kendaraan bermotor di kota-kota besar. Selain itu, banyak wilayah terpencil yang sulit diakses oleh transportasi konvensional, serta kebutuhan penanganan darurat yang sering terhambat kemacetan.

"Drone penumpang adalah kendaraan terbang otonom yang dirancang untuk mengangkut penumpang, sementara AAV (Autonomous Aerial Vehicle) adalah kendaraan udara otonom yang dapat digunakan untuk berbagai aplikasi, termasuk pengiriman barang dan pemantauan udara," ungkap Gesang.

Menurut Gesang, selain menawarkan solusi untuk mengatasi kemacetan, taksi terbang juga dapat membantu dalam situasi darurat, seperti pengiriman medis atau ambulans yang terjebak di kemacetan.

Hal ini menjadikan taksi terbang sebagai inovasi yang tidak hanya memberikan kenyamanan, tetapi juga meningkatkan efisiensi dan kecepatan layanan di berbagai sektor.

Dengan potensi besar yang dimilikinya, pengembangan taksi terbang di Indonesia diharapkan tidak hanya mengubah cara orang berpindah, tetapi juga memberikan dampak positif dalam pengembangan wilayah-wilayah terpencil, serta membuka peluang baru bagi industri transportasi udara yang ramah lingkungan dan efisien. (*)

Tag
Share