UI Ingatkan Pentingnya Deteksi Dini Penyakit DBD untuk Cegah Kematian

Guru Besar FK UI, Prof. Dra. Beti Ernawati Dewi, Ph.D--

DEPOK, JAMBIEKSPRES.CO– Guru Besar dalam Bidang Ilmu Virologi dan Imunologi Virus Demam Berdarah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), Prof. Dra. Beti Ernawati Dewi, Ph.D., mengingatkan pentingnya deteksi dini yang cepat dan efektif terhadap penyakit demam berdarah dengue (DBD).

Hal ini bertujuan untuk mengurangi angka kematian akibat penyakit tersebut dan mendukung program pemerintah menuju zero kematian pada 2030.

Prof. Beti menyampaikan hal ini dalam acara yang berlangsung di Kampus UI Depok pada Senin. Ia menjelaskan bahwa deteksi dini dapat dilakukan dengan menggunakan Kit Deteksi Dini dan Cepat DBD berlabel KODC Dengue, yang telah dikembangkan oleh FKUI dan didukung oleh PT Konimex melalui hibah inovasi perguruan tinggi. Kit ini hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk mendeteksi infeksi melalui antigen virus non-struktural-1 (NS-1).

“Sebagai pengajar di FKUI, kami melakukan penelitian untuk mengembangkan KODC Dengue ini dengan memanfaatkan pendekatan berbasis NS-1 yang mendeteksi infeksi DENV pada tahap awal. Melalui inovasi ini, kami berharap masyarakat dapat memahami pentingnya deteksi dini DBD dan memanfaatkan alat ini untuk mencegah kematian akibat infeksi virus dengue,” ujar Prof. Beti.

Prof. Beti menjelaskan bahwa DBD disebabkan oleh infeksi virus dengue (DENV) dan masih menjadi masalah kesehatan yang signifikan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sejak pertama kali dilaporkan di Jakarta dan Surabaya pada tahun 1968, kasus DBD terus mengalami peningkatan yang signifikan, dengan angka kematian di Indonesia menempati posisi pertama dibandingkan negara lain.

Data menunjukkan bahwa pada 2023, jumlah kematian akibat DBD mencapai angka 894, sebuah angka yang tergolong tinggi. Prof. Beti menekankan bahwa tingginya angka ini bisa saja dipengaruhi oleh under reported cases yang belum terlaporkan atau keterlambatan penanganan akibat gejala yang sering kali tidak khas pada tahap awal infeksi DENV. Oleh karena itu, diagnosis DENV sejak dini menjadi penting untuk mencegah kematian yang dapat terjadi akibat keterlambatan penanganan.

“Deteksi dini DENV dengan mendeteksi antigen NS-1 dapat membantu mengidentifikasi infeksi sejak awal, sehingga penanganan bisa dilakukan dengan cepat dan tepat,” jelasnya.

Prof. Beti juga mengapresiasi pengembangan KODC Dengue karena menggunakan strain DENV yang berasal dari Indonesia. Pendekatan ini terbukti meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas dalam mendeteksi infeksi DENV di Indonesia. Selain itu, produksi alat deteksi ini dilakukan di dalam negeri dengan tujuan mengurangi ketergantungan pada produksi alat kesehatan dari negara lain, sambil mendukung kemandirian bangsa dalam produksi alat kesehatan.

“Dengan memproduksi alat ini secara lokal, kami berharap dapat mengurangi ketergantungan pada impor dan mendorong kemandirian serta inovasi dalam negeri,” ujarnya.

Lebih lanjut, Prof. Beti menekankan bahwa deteksi dini memiliki manfaat yang lebih luas, yaitu mampu memutus rantai penyebaran virus DENV dengan cepat melalui sistem pelaporan kasus yang ditindaklanjuti dengan upaya fogging di lingkungan tempat tinggal pasien.

"Deteksi dini ini bukan hanya tentang penyelamatan individu, tetapi juga melibatkan aspek sosial, karena memutus penyebaran DENV akan berdampak positif pada lingkungan sekitar dan mengurangi risiko penyebaran penyakit ini lebih luas," ungkapnya.

Prof. Beti juga membahas pentingnya pendidikan dan pemahaman DBD sejak dini bagi mahasiswa kedokteran. Melalui modul infeksi yang diajarkan di FKUI, mahasiswa telah diperkenalkan pada berbagai aspek DBD, mulai dari gejala klinis, patogenesis, hingga tata laksana farmakologis dan non-farmakologis.

Pendekatan ini bertujuan membekali calon tenaga medis dengan pemahaman yang komprehensif sebelum mereka memulai praktik profesional.

Selain pendidikan, FKUI juga terus melakukan penelitian di bidang virologi dan imunologi untuk mengatasi berbagai kompleksitas yang terkait dengan DBD. Prof. Beti mengungkapkan bahwa penelitian ini bukan pekerjaan yang mudah, tetapi tetap penting untuk membantu memahami dan mengembangkan berbagai pendekatan dalam pencegahan serta penanganan infeksi DENV.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan