Mandulkan Nyamuk DBD dengan Radiasi Nunlir
EVALUASI: Peneliti BRIN mengevaluasi nyamuk DBD Aedes Aegypti yang sudah dimandulkan di Jakarta,Rabu (25/10/2023).--
Pilot project
Untuk mengukur keberhasilan teknik ini dalam menurunkan populasi nyamuk penyebab penyakit DBD, para peneliti di Pusat Riset Teknologi Proses Radiasi, Organisasi Tenaga Nuklir BRIN melakukan "pilot project" di Kelurahan Sekejati, Kecamatan Buah Batu, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat.
Proyek yang dilakukan pada April hingga November 2022 tersebut kemudian dimonitor mengenai dampak dilepaskannya nyamuk Aedes aegypti yang mandul terhadap populasi nyamuk jenis DBD biasa.
Hampir delapan bulan, para peneliti BRIN melepaskan 40.000 nyamuk DBD dalam sepakan sekali yang sebelumnya sudah dimandulkan melalui radiasi sinar gamma.
Lokasi pelepasan nyamuk jantan mandul tersebut hanya berada di satu rukun warga (RW), namun lokasi untuk evaluasi dan monitoring berada di tiga RW.
Untuk mencegah nyamuk-nyamuk ini keluar dari wilayah pengawasan, para peneliti memasang tembok tak terlihat (artificial barrier) dengan cara menyemprotkan insektisida residual, sehingga kawanan nyamuk DBD tersebut seolah terkurung dalam sangkar.
Selain di Bandung, BRIN juga sebelumnya sudah melakukan proyek yang sama di beberapa wilayah, seperti di Bangka Belitung, Salatiga, Semarang, dan Banjarnegara. Namun, di tempat-tempat tersebut, sistem monitoring serta evaluasi dampak terhadap penurunan jumlah populasi nyamuk DBD biasa belum selengkap dan komprehensif, seperti pilot project di Bandung.
Dari hasil proyek ini didapatkan data bahwa populasi nyamuk DBD di lokasi pelepasan yang padat penduduk (unisolated area) kini sudah menurun sekitar 60 persen.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti BRIN, mereka berharap TSM yang memandulkan nyamuk penyebab DBD bisa menjadi salah satu metode alternatif yang ramah lingkungan untuk mengendalikan penyakit DBD di Tanah Air dengan berbasis energi nuklir.
Sementara itu Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat hingga Oktober 2023, terdapat 68.996 kasus demam berdarah dengue (DBD) dengan kasus kematian 498 jiwa.
Sebanyak 68 ribu lebih kasus tersebut dilaporkan terjadi di 464 kabupaten dan kota di 34 provinsi, sedangkan kasus kematian akibat virus dengue itu terjadi di 195 kabupaten dan kota di 32 provinsi.
Mendeteksi infeksi virus secara dini serta mengendalikan reproduksi nyamuk menjadi kunci dalam penangan dan pencegahan DBD.
Selain itu, melakukan gerakan mencegah DBD melalui Program 3M (menguras, menutup, dan mengubur) mesti rutin dilakukan oleh masyarakat, terlebih apabila sudah mendekati musim hujan, serta diimbau untuk segera mendapatkan pengobatan awal ke fasilitas kesehatan (faskes) terdekat apabila seseorang telah mengalami gejala infeksi DBD.(ant)