Industri Otomotif Indonesia Diprediksi Tetap Tumbuh pada 2025 Meski Ada Kenaikan PPN
Sejumlah pengunjung menyaksikan kendaraan yang dipamerkan pada pameran otomotif GAIKINDO Jakarta Auto Week 2024 di Indonesia Convention Exhibition (ICE).--
JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO– Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen tidak akan menghambat laju pertumbuhan industri otomotif Indonesia, demikian disampaikan oleh Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Jongkie Sugiarto.
Ia menilai bahwa sektor otomotif Indonesia sudah terbiasa menghadapi perubahan tarif pajak yang terus mengalami penyesuaian.
"Sejak sebelumnya, sudah ada beberapa kali kenaikan PPN, dari 10 persen menjadi 11 persen, dan kini menjadi 12 persen. Jadi, kami merasa bahwa ini bukan masalah besar yang perlu dikhawatirkan," ungkap Jongkie saat diwawancarai ANTARA.
Jongkie menegaskan bahwa meskipun adanya kenaikan PPN, Gaikindo tetap percaya bahwa industri otomotif Indonesia akan terus berkembang pada 2025, berkat dorongan kebijakan pemerintah yang memberi berbagai insentif untuk kendaraan ramah lingkungan, seperti kendaraan hybrid (HEV).
Kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan kendaraan ramah lingkungan semakin memperkuat keyakinan Gaikindo.
BACA JUGA:Perjalanan Industri Otomotif Indonesia di Tahun 2024
BACA JUGA:Industri Otomotif Sambut Baik Insentif Pajak Selain Mobil Listrik
Pemerintah Indonesia memberikan berbagai insentif fiskal untuk pembelian kendaraan berbasis baterai listrik (BEV) serta kendaraan hybrid (HEV). Salah satunya adalah insentif sebesar tiga persen untuk pembelian kendaraan hybrid yang mulai berlaku pada awal tahun 2025.
Selain itu, pemerintah juga memberikan fasilitas pembebasan bea masuk untuk mobil listrik impor dan mengurangi pajak untuk kendaraan ramah lingkungan.
Pemberian insentif untuk mobil listrik seperti pengurangan PPN DTP (Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah) untuk kendaraan listrik berbasis baterai (BEV) dan mobil hybrid menjadi langkah yang diapresiasi oleh Gaikindo.
Ketua Umum Gaikindo, Yohanes Nangoi, menilai kebijakan ini sebagai langkah yang tepat untuk mendukung sektor otomotif di Indonesia agar tetap tumbuh meski ada tantangan.
"Kebijakan insentif untuk kendaraan hybrid dan BEV dari pemerintah merupakan langkah positif yang akan membantu industri otomotif Indonesia untuk tetap berkembang dan bergerak ke arah yang lebih baik," kata Yohanes.
Menurut pemerintah, kebijakan ini juga merupakan bagian dari upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dan mewujudkan target karbon netral pada 2060.
Dengan adanya kebijakan seperti ini, Indonesia berupaya menciptakan industri kendaraan yang lebih efisien, hemat energi, dan ramah lingkungan, melalui kendaraan yang lebih rendah emisi seperti Low Carbon Emission Vehicle (LCEV).
Pencapaian yang menggembirakan terlihat dari data yang mencatatkan bahwa kendaraan BEV dan HEV telah menguasai 11,6 persen pangsa pasar otomotif Indonesia pada periode Januari hingga November 2024.
Hal ini menunjukkan tren positif yang semakin tumbuh di pasar kendaraan ramah lingkungan.
Namun, pakar otomotif yang juga akademisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu, mengingatkan Gaikindo untuk meningkatkan upaya edukasi kepada masyarakat terkait manfaat kendaraan ramah lingkungan.
Yannes juga mendorong produsen untuk lebih aktif dalam menghadirkan berbagai model kendaraan BEV dan HEV dengan harga yang lebih terjangkau, sehingga lebih banyak konsumen yang dapat beralih ke kendaraan ramah lingkungan.
“Gaikindo harus mendorong produsen kendaraan untuk lebih banyak menghadirkan varian dengan harga yang lebih bersaing. Selain itu, sangat penting juga untuk bekerja sama dengan pemerintah daerah agar kebijakan pajak kendaraan bermotor di setiap daerah tidak membebani konsumen,” ujarnya.
Dengan adanya kebijakan insentif fiskal yang menguntungkan serta upaya Gaikindo dan produsen untuk lebih meningkatkan kualitas dan harga kendaraan ramah lingkungan, Gaikindo optimistis bahwa industri otomotif Indonesia akan tetap tumbuh dan beradaptasi dengan tren global menuju kendaraan yang lebih ramah lingkungan dan hemat energi. (*)