Operasi Modifikasi Cuaca 2025 Diterapkan Berdasarkan Analisis Komprehensif

Pesawat Britten Norman BN2T PK-WMN bersiap lepas landas untuk operasi modifikasi cuaca di Bandara Budiarto, Curug, Kabupaten Tangerang, Banten.--

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO– Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan bahwa operasi modifikasi cuaca pada tahun 2025 dilakukan berdasarkan analisis dan kajian komprehensif untuk memastikan langkah ini tepat sasaran dalam mengendalikan hujan dan meminimalisir potensi bencana di berbagai daerah.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengatakan bahwa operasi modifikasi cuaca dengan menaburkan garam ke awan penghujan menggunakan pesawat udara terbukti efektif dalam mengurangi intensitas hujan.

Aktivitas ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2024 hingga Januari 2025 di Pulau Jawa dan menunjukkan hasil yang signifikan dalam mengurangi intensitas hujan serta memperkecil potensi bencana hidrometeorologi.

BACA JUGA:BNPB Ajak Negara ASEAN Kedepankan Kearifan Lokal Mitigasi Bencana

BACA JUGA:Jambi Jadi Prioritas BNPB, Dimana Operasi Karhutla Aktif Sampai November

Beberapa daerah yang terdampak, seperti Jepara, Pati, Demak, Semarang di Jawa Tengah, serta Kabupaten Sukabumi, Cianjur, dan sekitarnya di Jawa Barat, mencatatkan penurunan intensitas hujan sebesar 60 hingga 70 persen per hari setelah operasi modifikasi cuaca dilakukan.

"Mitigasi bencana hidrometeorologi dilakukan dengan mengendalikan hujan melalui operasi modifikasi cuaca di hulu, serta mempersiapkan masyarakat dan pemerintah daerah di hilir. Fenomena La Nina yang masih berlangsung dapat meningkatkan potensi hujan," ujar Abdul Muhari.

Meski efektif, BNPB mencatat bahwa anggaran yang dikeluarkan pemerintah untuk operasi modifikasi cuaca ini cukup besar.

Sepanjang 2024, pemerintah mengalokasikan lebih dari Rp204,9 miliar untuk 746 sortie penerbangan pesawat dan penggunaan ratusan ton garam di sejumlah wilayah, seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Papua.

Berdasarkan data tersebut, BNPB menekankan pentingnya analisis yang tepat dan koordinasi antara kementerian dan lembaga terkait dalam pelaksanaan operasi modifikasi cuaca.

Hal ini bertujuan untuk memperkecil potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor, yang sering terjadi akibat cuaca ekstrem.

BNPB, sebagai pengendali operasi modifikasi cuaca, berkolaborasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk memantau potensi peningkatan hujan yang tinggi, serta melibatkan TNI Angkatan Udara dalam pelaksanaannya.

"Kami memastikan bahwa mitigasi dilakukan dengan baik dan seksama, baik di hulu maupun hilir," tambahnya. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan