Meski Dari Keluarga Berada, Tapi Mudah Bergaul Dengan Siapapun

PATUNG: Patung Mohammad Hoesni Thamrin di Museum M. H. Thamrin yang terletak di Jakarta Pusat, foto diambil pada Kamis (30/1/2025). FOTO: ANTARA/SRI DEWI LARASATI--
"Ketika kita ingin melakukan suatu perubahan itu kita harus mempunyai suatu kedudukan, nah Thamrin mengambil posisi kedudukan yang bukan main-main ini ya sebagai wakil walikota ketika beliau menjabat di Gemeenteraad dimulai awalnya ya tahun 1919," kata Maya.
"Kemudian juga di Dewan Volksraad, beliau itu menduduki posisi yang mengurusi mengenai kemasyarakatan seperti bidang fasilitas umum, pelestarian hewan, pemakaman, perumahan rakyat, usaha pasar nah kesempatan beliau di sini untuk memperbaiki nasib rakyat pribumi yang ketika itu seperti apa pincang gitu ya, penduduk di Batavia itu dulu dikelas-kelaskan," lanjutnya.
Di museum ini terdapat koleksi berupa foto-foto reproduksi tentang kiprah perjuangan M. H. Thamrin dan pergerakan nasional Indonesia, serta suasana Kota Jakarta pada zaman M. H. Thamrin.
Kemudian lukisan, radio, bale-bale tempat pembaringan terakhir jenazah, kursi, piring hias, blangkon, sepeda, dan masih banyak lagi.
Maya menjelaskan gedung itu dibeli Thamrin tahun 1927 dari pemilik pertamanya dari orang Belanda bernama Meneer de Haas yang digunakan sebagai gudang untuk buah dan tempat jagal atau pemotongan hewan.
Kemudian gedung itu dihibahkan kepada satu organisasi yang bernama Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).
Gedung itupun diberi nama Gedung Permufakatan Indonesia pada tahun 1928 untuk menjadi tempat diskusi dan penyatuan visi dan misi para pejuang kemerdekaan dari berbagai golongan.
Selain sebagai tempat dilakukannya rapat dan musyawarah menuju kemerdekaan Republik Indonesia, bangunan ini juga memiliki peranan penting di kala WR. Supratman membuat konsep lagu Indonesia Raya.
Selain itu, gedung ini juga pernah digunakan untuk keperluan pertemuan, kegiatan organisasi, kemasyarakatan, dan sarana pendidikan.
"Di sini rapat-rapat, kongres dan lain-lain, lagu Indonesia Raya pun di sini pertama kali dikumandangkan pakai biola ya untuk uji coba di sumpah pemuda, konsep rumusan sumpah pemuda juga di sini dibahasnya di gedung ini jadi gedung ini banyak peristiwa-peristiwa embrio lahirnya satu bangsa," kata Maya.
Museum M. H. Thamrin ini beroperasi mulai dari Selasa hingga Jumat dengan tiket untuk dewasa Rp10 ribu, pelajar-mahasiswa Rp5 ribu, dan wisatawan mancanegara Rp50 ribu. Sementara untuk di hari weekend Sabtu dan Minggu tiket untuk dewasa Rp15 ribu. (ant)