Dalam Satu Hari Saja, Ada 100 Lebih Tongkang Melintas
KAPAL TANGKANG: Kapal tongkang mengangkut batu bara melintas dari bawah Jembatan Barito yang ditetapkan sebagai kawasan Situs ke-19 Geopark Meratus, di Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Sabtu (9/12/2023). FOTO: ANTARA/TUMPAL ANDANI ARITONANG --
Untuk menilik pemandangan tongkang melaju, pengunjung tidak perlu merogoh kocek khusus, bersepeda motor sudah cukup, berhenti di pinggir jembatan. Menunggu sekitar 12 menit tongkang batu bara sudah melintas.
Pemandangan tongkang ini tidak hanya dari atas jembatan. Jika ingin bersentuhan langsung dengan perairan, pengunjung boleh memutar balik ke ruas jembatan arah barat sekitar 100 meter, turun ke bawah jembatan, terdapat seseorang pemilik perahu kecil, Samsul, namanya. Rumahnya di tepi sungai 15 meter dari bawah jembatan.
Kesehariannya mengantar tamu menyeberangi sungai, dengan waktu sekitar 10 menit menumpang perahu kecil, pengunjung sudah bisa menjelajahi keindahan pemandangan tongkang batu bara di bawah jembatan. Sesekali terlihat hewan bekantan melompat di atas pohon di sekitar Pulau Bakut.
“Meskipun tongkang batu bara terus melintas, sudah puluhan tahun saya di sini tidak ada pencemaran lingkungan, tidak pernah ada tongkang terbalik di sini,” kata Samsul.
Berjarak tempuh sekitar 5 menit ke arah utara perairan Sungai Barito, di sana biasanya lebih dari tiga tongkang sudah menunggu giliran menyeberangi Jembatan Barito.
Kawasan ini resmi ditetapkan sebagai salah satu bagian warisan geologi dari Geopark Meratus.
Situs Ke-9 Geopark Meratus
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan secara resmi menetapkan Pemandangan Tongkang Batu Bara Jembatan Barito sebagai situs kesembilan Geopark Meratus sebelah barat dari total 54 situs yang ada.
Ketua Harian Badan Pengelola Geopark Meratus (BPGM) Kalsel Hanifah Dwi Nirwana menuturkan jembatan ini ditetapkan sebagai salah satu Situs Geopark karena sejarah panjang itu sudah dimiliki semenjak batu bara melintas meninggalkan Kalimantan. Bahkan sejarah pendirian jembatan itu sudah melekat saat kedatangan Presiden Soeharto kala itu.
Jembatan ini 24 jam terbuka untuk dilalui menyeberang dari Banjarmasin ke Kalimantan Tengah.
Sejarah batu bara, Sungai Barito, dan Jembatan Barito melatarbelakangi adanya situs geologi yang menjadi alasan kuat pemerintah daerah tanpa keraguan menetapkan kawasan Jembatan Barito sebagai Situs Ke-9 Geopark Meratus, tepat pada Desember 2022.
“Untuk menjadi bagian dari Situs Geopark Meratus, suatu kawasan harus memiliki nilai sejarah, budaya, ada kehidupan masyarakat, dan banyak pertimbangan lain. Jembatan Pemandangan Kapal Tongkang layak dijadikan sebagai bagian dari warisan sejarah Kalimantan Selatan,” kata Hanifah.
Alasan lain, adanya Pulau Bakut di bawah jembatan ini menyuguhkan pemandangan yang tidak biasa. Saat kapal tongkang melintas, ada sekelompok kera berekor panjang menaiki tongkang. Meski andal berenang, beberapa spesies monyet itu senang menaiki kapal tongkang.
Di sisi lain, Pulau Bakut yang berada di bawah jembatan itu menjadi satu kesatuan yang sulit dipisahkan. Ada belasan menara pandang khusus dibangun dan dari sini pengunjung juga kerap menikmati pemandangan tongkang melintas.
Meski dirancang untuk melihat kelangsungan habitat bekantan, nyatanya menara itu tidak dapat dipisahkan dari aktivitas tongkang. Jika naik ke puncak menara, pengunjung dapat merasakan hampir sama tingginya dengan kapal tongkang.