Puisi

puisi ziarah luka pulang dan kembalilah pada rahim yang bermuara  pada sebuah kenang. seorang ibu susah payah  menahan nyeri untuk membuat anaknya hidup.  namun kau, memilih untuk tidak pernah  dilahirkan sama sekali.   bagaimana sebuah ikatan bisa dengan mudah  terlepas begitu saja? apakah kita sudah sampai  di sini saja?   kau mengintip di balik pintu, di sana ibu  sudah duduk di kursi ruang tamu. ia menyeduh  teh yang sudah dingin dan bersemut.  menunggu anaknya datang mengucapkan―   “aku sudah pulang.”   kepada sepucuk langit di malam sabtu   apa kabar malam ini? lihat tanda tanya itu,  seperti pisau yang siap mencabik tubuhku.   siapa kita ini manusia yang ingin seluruh  semesta? tidakkah kita coba untuk pergi saja?   kapan kita bisa berkeliling kota seperti dahulu, melihat kursi-kursi taman yang berjalan  melewati kita, atau menghitung mundur  matahari pergi?   dimana kita akan sampai? di ujung langit,  atau di matamu yang kunang-kunang  direnggut demam?   mengapa saat ini, kita selalu lupa menziarahi  diri kita sendiri yang terlampau mati?   bagaimana denganmu?  apakah di langitmu masih ada aku?   kita adalah sepasang bimbang   sunyi paling nyaring adalah hari ini. kita  menghitung jarum jam tanpa berpikir  apakah hari esok akan selalu ada  untuk orang-orang yang berharap.   pekat paling gemuruh adalah hari ini. langit  satu persatu kehilangan senja kesayangannya.  awan membenci hujan tetapi rindu pada rintik.  semesta sedang memperolok kedunguan kita, namun kita enggan menyadarinya.   diam paling berisik adalah hari ini. seekor  singa lepas dari kandangnya dan hendak  menerkam kita. siapakah yang pertama kali  diterkam?   aku? atau kau?   tentang penulis ridha kusmawardiningrum. suka menulis puisi dan sajak sejak sekolah. beberapa karyanya termuat di @daursurya. saat ini aktif berkomunitas di rumah baca kakita dan forum lingkar pena jambi.

Tag

• # puisi

Share

• 
• 
• 
• 
•