Hilirisasi Produk Harga Mati di Proyeksi Ekonomi Jambi 2024

Pengamat Sosial Ekonomi Jambi lainnya, Dr. Noviardi --

Pengamat Sosial Ekonomi Jambi lainnya, Dr. Noviardi menilai, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi kurang berkualitas, terdapat sejumlah kejanggalan dalam ekonomi Indonesia, sehingga pertumbuhan ekonomi yang terjadi tidak berkualitas.

Meski dikatakan ekonomi Jambi cukup resilien di tengah beragam tantangan global, namun Noviardi melihat pada kenyataannya saat ini kondisi Provinsi Jambi tidak baik-baik saja.

“Menurut pandangan kami, ada yang bermasalah, kita (Jambi) tidak dalam kondisi baik-baik saja, karena ternyata pertumbuhan ekonomi kita tidak berkualitas,” ungkapnya (1/1/2024).

Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang stagnan bahkan menurun di angka 5 persen dalam setengah dekade terakhir. Tahun 2022 mencapai 5,13 persen, tahun 2023 pertumbuhan ekonomi diprediksi turun dikisaran 4,8 %.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi Jambi 2023 disebabkan lesuhnya dua sektor utama perekonomian Provinsi Jambi, yaitu sektor pertanian dan pertambangan. Artinya, pemerintah provinsi gagal memanfaatkan instrumen pertumbuhan ekonomi wilayah dan nasional untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi Jambi.

"Ekonomi itu tumbuh bisa dipicu belanja swasta dan pemerintah, ketika belanja  swasta banyak didominasi aliran modal keluar seperti batubara, sawit, ditambah belanja APBD yang tak terukur, maka pertumbuhan akan melambat, ini dialami provinsi Jambi, ditambah satu fakta batubara membuat ekonomi Jambi kehilangan efisiensi, macet dan lama disektor transportasi barang dan jasa, " ungkapnya.

Menurut Dosen STIE Jambi ini pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi tak berkualitas karena pertumbuhan ekonomi tidak ditandai dengan linearitas antara pertumbuhan ekonomi dengan penyerapan tenaga kerja utamanya di sektor formal dan ditopang

perkembangan sektor rill.

Noviardi juga menjelaskan pertumbuhan ekonomi Jambi tak berkualitas dicirikan pertama, pertumbuhan ekonomi di sektor riil (pertanian, pertambangan dan industri) namun tidak banyak yang terserap di

sektor tersebut, akibatnya kemiskinan dan

pengangguran tidak bisa dikurangi, akibatnya di Jambi pertumbuhan belum mampu mendorong terbukanya kesempatan kerja baru secara signifikan. 

Buktinya, meski pertumbuhan di sektor – sektor tersebut terjadi itulah kantong kemiskinan berada justru berada di sektor petani, nelayan, buruh.

Dengan kata lain, Noviardi mengatakan selama sektor riil terjebak dalam pertumbuhan tak optimal, maka masalah kemiskinan dan pengangguran sulit diatasi.

Kedua, sektor non-tradeable bergerak cepat dan menjadi sumber terpenting pertumbuhan ekonomi. Dalam penyerapan tenaga kerja, sektor telekomunikasi, konstruksi, dan keuangan kira-kira

menyumbang tenaga kerja yang banyak.

Tag
Share