Tak Hanya Destinasi Wisata, Tapi Undangan Untuk Terhubung Dengan Alam
PATUNG BACA: Wisatawan berpose di samping patung baca bawah laut Pulau Miang. --
Meski terkurung lautan, masyarakat kampung nelayan Pulau Miang hidup dengan tenang dan damai.Mereka hidup dari hasil laut, seperti ikan, udang, dan kepiting.
"Hidup di sini terasa nyaman dan aman, terbebas dari hiruk pikuk dunia," katanya.
Berdayakan Pemuda Lewat Pokdarwis
Kesadaran warga Desa Miang untuk meningkatkan dan mengolah potensi wisata dilakukan dengan pemberdayaan para pemuda lewat kelompok sadar wisata (pokdarwis), berupa kegiatan pelestarian terumbu karang.
"Sejumlah pelatihan dan kegiatan telah kami lakukan. Selain budi daya terumbu karang, kami juga menggelar pelatihan kepada wisatawan,” tutur Ketua Pokdarwis Nusa Bale Pulau Miang Ahmad Hikami.
Pokdarwis Nusa Bale Pulau Miang juga membudidayakan “kima”, salah satu jenis kerang langka dan dilindungi yang berukuran besar.
Pemerintah Desa Pulau Miang bersama pokdarwis setempat tahun lalu menggelar Festival Kampung Bahari Nusantara sekaligus HUT Ke-18 Desa Pulau Miang.
Festival tersebut juga dimeriahkan dengan lomba memancing, balap ketinting, dan lomba tari pesisir.
Hajatan tersebut didukung Bupati Kutai Timur Ardiansyah Sulaiman. Pada Mei 2023, Desa Pulau Miang disahkan menjadi Kampung Bahari Nusantara (KBN).
Pemerintah Desa Pulau Miang dan Pemerintah Kabupaten Kutai Timur akan merutinkan festival-festival seperti ini untuk menarik minat para wisatawan.
Seorang mahasiswa asal Desa Pulau Miang yang saat ini kuliah di Jurusan Perikanan Universitas Mulawarman Samarinda, Viqri Haikal, melihat saat ini desanya sudah maju.
Perkembangan Desa Miang sebagai desa wisata bahari ini berdampak positif bagi perekonomian masyarakat.
Dengan biaya lebih terjangkau serta keindahan bawah laut yang memikat, wisatawan disuguhi kehidupan di atas maupun di bawah laut Pulau Miang.
Nikmati kesempatan menjelajah sekaligus mengungkap pesona surga tersembunyi di Kalimantan Timur ini.
Pulau Miang bukan hanya sekadar destinasi wisata, melainkan undangan untuk terhubung dengan alam, budaya, dan keramahan penduduk setempat. (*)