Nuansa Politik Tak Terasa di Kelenteng Hian Thian Siang Tee
LAMPION: Pengurus sekaligus umat di Kelenteng Hian Thian Siang Tee (Hian Thian Siang Tee Bio) memperhatikan lampion yang terpasang di kelenteng sejak beberapa hari lalu, pada Senin (5/2/2024). Hian Thian Siang Tee Bio terletak di Jalan Palmerah Selatan,--
Mereka biasanya ke kelenteng pada empat waktu khusus yakni pada malam Tahun Baru Imlek dan Hari Imlek, serta pada malam 15 hari setelah Imlek dan hari ke 15. Umumnya mereka membawa tiga macam buah berbeda, yakni apel, pir dan jeruk, lalu diberikan pada pengurus bio atau kelenteng.
Saat sembahyang, mereka menyalakan dua lilin lalu diletakkan di rak dekat altar kongco bagian depan kelenteng. Selanjutnya, mereka membakar hio atau dupa yang digunakan sebagai pelengkap dalam ritual ibadah masyarakat Tionghoa, untuk ditempatkan di masing-masing altar kongco.
Hian Thian Siang Tee Bio memiliki 18 altar yang masing-masing diberi nomor urutan. Altar dewa pengobatan atau Hian Thian Siang Tee misalnya, berada di urutan ketiga, atau diapit altar Dewi Kwan Im dan Kwan Kong Tee atau dewa keadilan Jemaat nantinya sembahyang dari satu altar ke altar lainnya, menempatkan masing-masing tiga hio di setiap altar dan berdoa.
"Tradisinya seperti itu. Harus ganjil. Setelah itu bakar kertas pembungkus dupa di tungku khusus. Tidak boleh dibuang ke luar kelenteng," kata Sugi.
Biasanya, sehari sebelum Imlek, umat umumnya akan mulai berdatangan untuk sembahyang pada sore hari hingga dini hari. Khusus di Kelenteng Hian Thian Siang Tee, mereka juga akan sembahyang pada ruang yang dipercaya petilasan Raden Surya Kencana.
"Umat kami sembahyang tidak pada dewa-dewa seperti di China. Contohnya Eyang Surya Kencana. Beliau kan Muslim, umat kami juga sembahyang di sini. Tidak terlepas harus agama apa," ujar Sugi.
Harapan Dan Dukungan
Imlek tahun ini relatif berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena Hari Raya bagi warga Tionghoa ini digelar hanya sepekan sebelum Pemilihan Umum 2024.
Namun, nuansa politik tak terasa di Kelenteng Hian Thian Siang Tee. Sugi mengatakan pengurus memang tak ingin ada nuansa politik di tempat ibadah. Kendati begitu, dia tak menutup pintu bagi politisi yang ingin berdoa di kelenteng.
Berbicara harapan, Sugi kompak dengan Miauw dan Kim Jok (68) menginginkan dapat tetap hidup sehat menjalani masa pensiun mereka. Kim Jok, pria keturunan Betawi dan China itu hanya tertawa kala ditanya Sugi tentang harapan untuk menikah lagi.
Di sela perbincangan tentang harapan, mereka juga mengamini dukungan yang diberikan Pemerintah demi kelancaran perayaan Imlek, termasuk dengan menyiagakan aparat berwenang untuk berjaga di sekitar kelenteng.
Selain soal pengamanan, dukungan dari Pemerintah sebenarnya juga mengalir dalam bentuk lainnya. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Kebudayaan misalnya, mengadakan pergelaran seni seperti saat Imlek seperti kesenian Barongsai. "Semoga dengan dukungan itu masyarakat dapat mengenal keberagaman budaya Indonesia lebih dekat," kata Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Iwan Henry Wardhana. (ant)