Gerakan Sebutir Telur untuk Masa Depan Anak-Anak
SEBUTIR TELUR: Anak-anak di Distrik Agats, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua Selatan mengambil telur ayam yang disiapkan Keuskupan Agats dan KMKI setempat. FOTO : ANTARA/HO - KMKI--
Program Sebutir Telur meski digagas Keuskupan Agats dan KMKI, namun program ini juga untuk anak-anak beragama Islam atau pendatang. Upaya memperbaiki gizi tidak berkaitan sama sekali dengan perbedaan agama atau suku. Sebab, keuskupan bersama KMKI berpandangan untuk menjadikan anak-anak di Kabupaten Asmat yang sehat dan cerdas, tidak dilihat dari perbedaan namun rasa kebinekaan dan kemanusiaan yang diutamakan.
Ketahanan Pangan
Selain menjalankan misi perbaikan gizi, Keuskupan Agast juga menjalankan program ketahanan pangan lewat peternakan ayam petelur. Telur-telur yang diberikan kepada anak-anak di Asmat merupakan hasil dari peternakan keuskupan setempat.
Setiap bulannya KMKI mengeluarkan biaya untuk membeli telur ke pihak keuskupan. Sebagai bentuk sumbangsih, pemberian telur selama seminggu (dalam sebulan) merupakan tanggung jawab dari keuskupan dan sisanya (tiga minggu) ditanggung KMKI.
Program ketahanan pangan berupa peternakan ayam petelur yang dijalankan Keuskupan Agats tersebut merupakan proyek percontohan bagi Tanah Papua yang didukung Kementerian Sosial. Beberapa waktu sebelumnya, Menteri Sosial Tri Rismaharini datang ke Kabupaten Asmat dan mengunjungi Keuskupan Agats untuk menyaksikan langsung pelaksanaan Program Sebutir Telur serta pemberian gizi tambahan bagi anak-anak setempat.
Melihat responsifnya KMKI bersama Keuskupan Agats, Menteri Sosial menyarankan agar keuskupan untuk mengembangbiakkan peternakan ayam petelur. Selain memperlancar dan membantu Program Sebutir Telur, hasilnya juga membantu pemerintah dalam menjalankan ketahanan pangan.
Ketua Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Keuskupan Agats Vallens Aji Sayekti mengemukakan, saat ini keuskupan memiliki 1.050 ekor ayam petelur yang disiapkan sebagai program ketahanan pangan di daerah itu.
Usaha ayam petelur tersebut dirintis pada 2019 yang dibantu langsung oleh Kementerian Sosial. Di tahap awal, pemerintah membantu 1.000 ekor ayam yang ditempatkan di 10 distrik termasuk di Kabupaten Mappi.
Namun begitu, karena besarnya ongkos atau biaya perawatan yang harus dikeluarkan setiap bulannya, keuskupan memutuskan untuk memfokuskannya di Distrik Agats.
Dalam pengelolaannya keuskupan mempekerjakan langsung warga lokal untuk mengurus peternakan ayam petelur. Kini, setiap bulannya usaha tersebut mampu memberikan omzet hingga Rp40 juta per bulan dengan laba bersih sekitar Rp30 juta setiap bulannya.
Keberadaan peternakan ayam petelur milik Keuskupan Agats selain membantu masyarakat di Distrik Agats, Kabupaten Asmat, juga pedagang atau masyarakat dari beberapa kabupaten tetangga. Pada saat cuaca buruk, harga kebutuhan pokok termasuk telur ayam di daerah ini naik drastis hingga Rp100 ribu per rak (30 butir), sedangkan harga jual telur milik keuskupan setempat tetap stabil Rp70 ribu per rak. (ant)