Sopir Salim

Oleh : Dahlan Iskan--

Salim punya 5 anak. Dua di antaranya sudah selesai sekolah. Yang satu sudah kerja sedangkan satunya baru cari kerja.

Salim seorang muslim asal Guinea. Ia bertanya tentang agama saya. "Kami Muslim". Aku ngaku Muslim untuk mengurangi risiko kriminalitas. 

Salim senang. "Indonesia adalah negara Muslim terbesar di dunia," katanya. Ia tampak senang karena penumpangnya seiman. Lumayan…, rasa was-was kami berkurang.

Salim bercerita tentang negeri asalnya. "Di Guinea, dulu, sulit cari kerja. Namun sekarang, setelah investor dari China masuk ke Guinea, perekonomian membaik".

"Dahulu, Guinea adalah koloni Prancis. Dengan Prancis, perekonomian berhenti di tempat".

Salim bilang: China jauh lebih baik dari Prancis. Ibaratnya, bila Prancis dapat 100 dari Guinea, hanya 20 yang dibagikan ke rakyat Guinea.

Dengan China, bila China dapat 100, yang 50 dikembalikan pada rakyat Guinea. Orang dan negara China sangat dicintai rakyat Guinea.

Dari percakapan, tampak kecerdasan Salim di atas rata-rata rakyat Guinea: 56. Bahkan IQ Salim mungkin sudah di atas rata-rata IQ orang Indonesia yang hanya 78,45.

Begitulah kisah Nurseto.

Berarti saya harus ke Guinea. Jauh sekali. Di pantai barat Afrika.

Saya ingin Sadio Mane mengundang saya ke sana. Dari Senegal bisa ke Guinea. Tapi ia tidak kenal saya. Walhasil: tidak bisa cari yang gratisan. Maka saya akan cari uang dulu untuk bisa ke sana.

Sekalian ingin mencari tahu: mengapa Guinea hebat. Sampai pulau Papua disebut sebagai Guinea Baru –New Guinea. Yang nama itu sampai diabadikan sebagai nama negara oleh tetangga kita di belahan timur Papua.

Anda sudah tahu: sebutan New Guinea asalnya hanya karena penduduk Papua berambut keriting dan berkulit hitam. Maka ketika Portugis dan Spanyol ''menemukan'' pulau itu mereka melihat kok penduduknya sama dengan orang Guinea.

Tapi mengapa dianggap sama dengan Guinea? Kok tidak dianggap sama dengan Ethiopia –sehingga menamakan Papua dengan New Ethiopia?

Tentu karena Portugis dan Spanyol dekat dengan Guinea. Sama-sama di bibir lautan Atlantik. Ketika Portugis dan Spanyol mencari pala, merica, dan cengkih sampai ke Tidore, tentu lewat Guinea. Belum ada terusan Suez waktu itu. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan