Air Amran
Oleh : Dahlan Iskan--
Lebih instan. Cocok untuk memenuhi rasa dahaga medsos yang serba instan.
Seberapa besar ukuran pompa yang dibeli?
“Semua ukuran. Besar, sedang, kecil," ujar Amran.
Melihat jawaban itu, rasanya tidak mungkin lewat tender. Dugaan saya pembelian akan dilakukan lewat e-katalog.
Maka beruntung para pedagang yang sudah memasukkan pompa air di e-katalog mereka. Ada bisnis Rp 5 triliun dadakan.
Tentu saya masih akan banyak bertanya: sepulang dari Tiongkok nanti. Akan diapakan 7.000 pompa itu. Dibagikan gratis? Pada siapa? Lewat siapa? Mengapa tidak sebelum Pilpres? Siapa yang harus menanggung biaya operasional? Terutama untuk membeli BBM?
Kalau sampai pompa itu tidak bisa beroperasi target pun gagal. Kalau berhasil maka impor beras akan hilang tahun depan.
Tentu akan lebih baik kalau pompa tersebut pakai tenaga surya. Tidak mencemari lingkungan. Dan lagi air bisa dipompa siang hari. Tidak harus beli baterai.
Di sini Amran harus teliti. Jangan ada yang main api. Amran harus kerja keras. Sebentar lagi sudah kemarau.
Amran sendiri biasa kerja keras. Ketika tidak lagi jadi menteri ia tidak berhenti berbakti. Ia lagi membangun masjid besar di Makassar. Di belakang kampus Universitas Hasanuddin. Konon akan yang terbesar di Indonesia Timur.
"Saya pernah diajak meninjau lokasi masjid itu," ujar Akbar Faisal, mantan anggota DPR yang sekarang jadi YouTuber berkaliber. Podcast-nya, Uncensored, Anda sudah tahu: top sekali.
Masjid itu nanti akan diberi nama khusus: nama ibunya.
Lokasi masjid itu sangat bersejarah bagi hidup Amran. Ia kuliah di fakultas pertanian di Unhas. S-2 pertaniannya juga di Unhas. Pun S-3 nya di bidang yang sama.
Saat Amran jadi mahasiswa ia selalu ke empang di belakang kampus itu: cari ikan. Hasilnya untuk membiayai kuliahnya. Sampai lulus.
Ayahnya seorang petani. Ia tahu penderitaan petani. Terutama kalau ada serangan hama: tikus.