Nilai Wong
Oleh : Dahlan Iskan--
Wong, sebagai penanggung jawab Covid di Singapura berada di simpang jalan. Kalau ia mencabut kata-katanya soal ''masker hanya untuk yang sakit'' rakyat tidak percaya lagi pada pemimpinnya. Kalau ia tidak cabut kata-kata itu bertentangan dengan fakta ilmiah.
Wong ambil putusan cepat: ''semua orang wajib pakai masker!''
Tidak takut kehilangan kepercayaan?
Semua pemimpin menghadapi dilema seperti itu. Wong punya prinsip begini: kepercayaan memang akan rusak, tapi kejujuran lebih penting. Kejujuran akan memulihkan kembali kepercayaan itu.
Kalau salah lebih baik mengakui kesalahan itu daripada menyembunyikannya. Apalagi berusaha menutupinya dengan ketidakjujuran yang lain.
Itulah ciri cara berpikir orang modern.
Wong memang dikenal sebagai pejabat yang sangat berorientasi pada data. Dalam hal ini ia mirip Lee Kuan Yew, pendiri Singapura.
Tapi ia lebih luwes dalam keseharian. Wong tidak pernah langsung mengatakan ''tidak'' pada argumen anak buah. Ia dengarkan dulu. Kalau tidak setuju Wong mendahulukan kata-kata ini: ''saya memahami alasan Anda...''. Baru di kalimat berikutnya ia mengatakan: "tapi...".
Tentu Wong sudah mengenal baik Indonesia. Tahun lalu Wong ke Kendal, Jawa Tengah. Wong meninjau kawasan industri di Tegal. Bersama Presiden Jokowi. Itulah kawasan industri milik Singapura.
Rupanya urusan pribadi Wong tidak banyak terungkap ke publik. Hanya perkawinan pertamanya gagal. Cerai. Dengan istrinya yang sekarang pun, seorang banker, juga belum punya anak.
Tapi Wong punya 10 gitar tua. Ia gemar main gitar. Kolektor gitar tua pula.(Dahlan Iskan)