Genggam Tiket Olympiade
--
Untungnya Australia tak berhasil, khususnya karena kecemerlangan kiper Ernando Ari. Sebaliknya Uzbekistan berhasil, walau sepanjang babak pertama kesulitan merobek pertahanan Garuda Muda.
Uniknya, Irak U23 juga tim yang lebih sering bermanuver dari sayap.
Enam dari tujuh gol yang mereka ciptakan selama turnamen ini juga berawal dari manuver di sayap, termasuk dua penalti yang dipicu oleh pergerakan kedua sayap mereka yang memaksa pemain bertahan lawan membuat pelanggaran di dalam kotak penalti.
Dalam soal ini, Ali Jasim yang menempati sektor kiri serangan Irak, sebagaimana Marselo Ferdinan dalam skuad Garuda Muda, menjadi ancaman terbesar yang dihadapi skuad Indonesia U23.
Irak Tiru Uzbekistan
Keberhasilan Uzbekistan dalam memaksimalkan formasi 4-2-3-1 sehingga menjinakkan Indonesia dalam semifinal menjadi referensi penting bagi Irak.
Dan jika referensi itu dipakai pelatih Radhi Shenaishil untuk skuad Irak U23, maka bukan tak mungkin Shin Tae-yong beralih kepada formasi lain, termasuk pola bermain Thailand ketika menaklukkan Irak 2-0 dalam fase grup.
Walau sama-sama menggunakan 4-2-3-1, lini pertahanan Thailand lebih tangguh ketimbang Irak, sementara unit serangnya lebih klinis dari pada Irak. Dalam beberapa hal, Thailand mirip dengan Indonesia.
Jika formasi Thailand itu yang ditiru, maka Rafael Struick menjadi ujung tombak tunggal di depan seorang penyerang kedua yang berdiri paralel dengan Marselino di sayap kiri dan Witan Sulaeman di sayap kanan, sedangkan Nathan Tjoe-A-On dan Ivar Jenner menjadi jangkar di tengah.
Namun cara Jepang mengalahkan Irak dalam partai semifinal tak kalah menggoda, bahkan mungkin lebih sesuai untuk Indonesia.
Jepang memasang formasi 4-4-2 ketika mengalahkan Irak. Formasi ini membuat pertahanan menjadi kuat di seluruh lini, selain menciptakan keseimbangan dan perlindungan dari tekanan lawan baik, mulai dari tengah maupun di daerah pertahanan.
Formasi ini juga menghadirkan keseimbangan sehingga tim bisa cepat bertransisi, khususnya ketika harus melancarkan serangan balik.
Jika ini yang dipilih Shin Tae-yong, maka Struick bisa diduetkan dengan Ramadhan Sananta sebagai ujung tombak kembar di belakang empat gelandang; Nathan dan Ivar di tengah, dan Marselino-Witan di sayap.
Tentu saja ini cuma hitung-hitungan di atas kertas.
Shin Tae-yong pastinya jauh lebih tahu formula apa yang harus disuntikkan kepada skuadnya, apalagi pemain-pemainnya kini sudah berpengalaman banyak dalam menghadapi berbagai tim kuat dengan corak bermain berbeda-beda.