Malu MK
Oleh : Dahlan Iskan--
Boleh begitu?
''Tidak ada yang dilanggar,'' ujar Arif. ''Semua hakim dan pengacara paham soal seperti itu,'' katanya.
''Kok?''
''Toh sebelum proses peradilan dimulai semua itu masih bisa diklarifikasi oleh hakim di sidang pertama. Saya dipanggil. Almas juga dipanggil,'' kata Arif.
Maka Arif dan Almas menuju ruang sidang. Yakni ruang 'sidang jarak jauh' di fakultas hukum Universitas 11 Maret Solo. Di sidang itulah para hakim –yang di ruang sidang MK di Jakarta– menanyakan: yang benar seperti apa. Dicabut atau tidak dicabut.
Arif menjelaskan tidak jadi dicabut. Lalu menceritakan mengapa sempat mengirim surat pencabutan. Lengkap dengan alasannya. Termasuk ''malu'' tadi.
Di sidang itu Almas juga menegaskan bahwa permohonannya jalan terus.
Dari situlah hakim memulai sidang-sidangnya. Sampai putusan: permohonan diterima sebagian.
Arif dan Almas selalu hadir sidang-sidangnya: di ruang sidang jarak jauh UNS Solo.
Boyamin sendiri ternyata sering ke Malaysia. Ia punya komitmen membela buruh migran. Kakaknya, lulusan pondok NU di Tulungagung, pernah jadi TKI di Malaysia. ''Biaya saya sekolah dari gaji kakak sebagai TKI,'' ujar Boyamin. ''Saatnya saya tidak lupa lanjaran,'' katanya.
Boyamin juga sering ke Hong Kong. Pernah membuat selter untuk TKI asal Jateng. Di zaman Gubernur Mardiyanto. Saat itu Jateng malu dengan Jatim: TKI-nya kurang terurus.
Bahkan gara-gara TKI Malaysia itu, Boyamin pernah menggugat Presiden Jokowi. Yakni dalam kasus Siti Aisyah. Boyamin menganggap Presiden Jokowi kurang cawe-cawe membela nasib warga negara.
Anda masih ingat: Aisyah, TKI asal Banten yang ditangkap di Malaysia. Dia terancam hukuman mati. Aisyah ditemukan terlibat dalam pembunuhan Kim Jong-nam, kakak Presiden Korea Utara Kim Jong-un.
Padahal ini pembunuhan politik yang diskenario intelijen. Kim Jong-un tidak suka pada kakaknya. Harus dibunuh: nabok nyilih tangan. Pinjam tangan orang lain tanpa pemilik tangan tahu kalau lagi dipinjam.
Siti Asyiah didapati mengarungkan kain-karung ke kepala korban. Lalu ada orang Vietnam yang membunuhnya. Yakni dengan cara mengusapkan cairan ke muka Jong-nam.