BRIN Gandeng China Untuk Percepat Regenerasi Peneliti

BEIJING-Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko menyebut lembaga yang dipimpinnya menjalin kerja sama dengan China untuk mempercepat regenerasi peneliti.

"Khususnya kita ingin mempercepat penguatan SDM, khususnya bilateral dengan China, kita ingin memakai China sebagai 'partner' utama untuk percepatan penguatan SDM," kata Handoko di Singapura saat dihubungi dari Beijing, China pada Jumat.

Handoko menyampaikan hal tersebut seusai melakukan kunjungan pada 6-9 November 2023 ke China antara lain untuk menghadiri "Belt and Road Conference on Science and Technology Exchange" di Chongqing dan bertemu para akademisi dan penelitian di beberapa universitas Beijing.

Bidang-bidang penelitian yang diikutkan dalam kerja sama tersebut antara lain bioteknologi, genomik, antariksa hingga nuklir. Genomik sendiri adalah studi tentang keseluruhan gen sebuah organisme (genom), termasuk interaksi antara gen dan dengan lingkungan

"Bidang-bidang tadi cukup ada kesenjangan generasi, ada generasi yang putus. Jadi hampir 15 tahun ada generasi yang terputus, ada yang kosong, padahal kita sangat membutuhkan pada saat ini dan sampai jangka pendek lima tahun ke depan kita ingin melakukan percepatan itu," ungkap Handoko.

Bentuk kerja sama itu misalnya berbentuk "join-funding" (pendanaan bersama).

"Untuk percepatan SDM, kita akan menggabungkan 'China Government Scholarship' dengan skema yang ada di Indonesia seperti beasiswa prioritas untuk doktor dan 'degree by research' yang dikelola BRIN. Kami mau secara spesifik untuk anak-anak  'fresh graduate' bisa langsung terjun di bidang-bidang itu sejak awal," jelas Handoko.

Artinya, peneliti-peneliti muda dapat melanjutkan perkuliahan di China dan melakukan riset di China.

"Agar tidak terputus, kalau sudah S3, kami bisa rekrut mereka juga. Kita juga sudah melakukan penjajakan dengan negara lain seperti riset nuklir dengan Korea Selatan, China dan Rusia, kemudian kalau untuk genomik kelautan itu kita dengan China dan Prancis, selanjutnya untuk antariksa kita dengan Turki juga, selain dengan China dan Eropa, semua untuk bidang-bidang yang di Indonesia masih kurang," tambah Handoko.

Handoko menjadi salah satu pembicara dalam sesi pleno Belt and Road Conference on Science and Technology Exchange (Konferensi Sabuk dan Jalur untuk Pertukaran Sains dan Teknologi) pertama dengan tema "Bersama untuk Inovasi, Pembangunan untuk Semua" berlangsung di Chongqing, China pada 6-7 November 2023.

Konferensi itu adalah kelanjutan dari Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative atau BRI) yang diperkenalkan oleh Presiden China Xi Jinping pada 2013 yang melibatkan investasi dan pembangunan infrastruktur besar-besaran di 152 negara yang tersebar di Eropa, Asia, Timur Tengah, Amerika Latin, dan Afrika.

"Setelah BRIN berdiri, kita ini 'tangan di atas' . Jadi kita ingin memperkuat posisi kita secara multilateral melalui kemitraan di bawah 'Belt and Road'," ungkap Handoko. (ant)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan