Penanda Arah Kiblat ke Masjidil Aqsa Masih Terlihat Kokoh
MASJID QIBLATAIN: Suasana Masjid Qiblatain di Madinah. FOTO: ANTARA/MCH 2024 --
Ada perbedaan pendapat dari para ulama mengenai waktu perpindahan arah kiblat tersebut. Sebagian menyatakan terjadi di Bulan Syakban, dan ada yang mengatakan di Bulan Rajab.
Ada yang mengatakan itu adalah hari Senin. Ada yang mengatakan itu hari Selasa. Ada yang mengatakan Shalat Zuhur, ada yang mengatakan Shalat Ashar.
Dikutip dalam laman Kemenag RI, Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitabnya Fathul Bari menyatakan bahwa itu terjadi saat Shalat Zuhur.
Pendapat yang dianggap paling tepat adalah salat yang dikerjakan di Bani Salamah pada saat meninggalnya Bisyr bin Barra' bin Ma’rur adalah Shalat Zuhur.
Sementara shalat yang pertama kali dikerjakan di Masjid Nabawi dengan menghadap Ka'bah adalah Salat Ashar.
Kisah perpindahan arah kiblat ini bermula ketika Nabi Muhammad mengunjungi ibu dari Bisyr bin Barra' bin Ma’rur dari Bani Salamah yang ditinggal mati keluarganya. Kemudian tibalah waktu salat. Nabi pun shalat bersama para sahabat di masjid itu.
Dua rakaat pertama masih menghadap Baitul Maqdis, sampai akhirnya Malaikat Jibril menyampaikan wahyu pemindahan arah kiblat. Wahyu datang ketika baru saja Nabi menyelesaikan rakaat kedua.
Perintah Allah Swt. yang menyuruh untuk menghadap Masjidil Haram ini tertuang dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 144.
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi al-Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Allah dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan".
Pada awalnya, kiblat shalat untuk semua nabi adalah Baitullah di Makkah, seperti yang tercantum dalam Al Quran Surat Ali Imran ayat 96.
"Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk tempat beribadah manusia ialah Baitullah di Makkah yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia."
Sementara Al-Quds (Baitul Maqdis) ditetapkan sebagai kiblat untuk sebagian dari para nabi dari Bani Israil. Dari Madinah, Baitul Maqdis berada di sebelah utara, sedangkan Baitullah di bagian selatan.
Ketika masih di Makkah, Nabi shalat menghadap Baitul Maqdis, juga sekaligus menghadap Ka'bah. Nabi menghadap ke utara, di mana posisi Ka'bah searah dengan Baitul Maqdis.
Perubahan arah kiblat sendiri sudah diinginkan Nabi, karena selama di Makkah beliau shalat menghadap ke Baitul Maqdis. Bahkan sampai di Madinah pun, beliau masih menghadap ke sana lebih dari setahun.
Namun, Nabi terus memohon, mencari kepastian dan berharap agar kiblat dipindahkan ke Ka'bah, sebagaimana dalam Surat Al-Baqarah ayat 144.