Tidak Hanya Sebatas Menghadirkan Ruang Terbuka Hijau
RAMAH PEJALAN KAKI: Kawasan ramah pejalan kaki mendorong warga beralih dari kendaraan pribadi menjadi menggunakan transportasi publik dalam beraktivitas. --
Pemerintah dalam menerbitkan SNI sudah memasukkan bahan yang ramah lingkungan. Artinya penggunaan bahan bangunan sepanjang menyematkan SNI, berarti sudah ramah lingkungan.
Dengan demikian bangunan ramah lingkungan tidak identik dengan mahal, bahkan apabila desain menyesuaikan dengan iklim tropis tetap nyaman untuk ditinggali.
Sebagai contoh Stasiun Gambir di Jakarta Pusat yang didesain minim menggunakan pendingin ruangan di ruang tunggu pengunjung pada bagian bawah sampai peron (tempat menunggu kereta) semua menggunakan ruang terbuka dengan atap tinggi.
Dengan desain tersebut membuat stasiun tetap nyaman, meski padat penumpang, seperti saat arus mudik, penggunaan tersedia di beberapa gerai makanan dan minuman yang ada di dalamnya, selebihnya menggunakan sirkulasi udara alami.
Pengaturan suhu secara alami juga diterapkan pada sejumlah stasiun MRT dan LRT yang menerapkan peron terbuka yang membuat pengunjung tetap nyaman, meski tanpa menggunakan pendingin ruangan.
Dari semua desain bangunan ramah lingkungan, baik diperuntukkan bagi hunian maupun komersial, keberadaan ruang terbuka hijau menjadi suatu keharusan. Selain untuk menangkap debu udara, juga membuat bangunan tidak langsung berdekatan dengan jalan.
Paparan Matahari langsung dari aspal ke bangunan membuat suhu udara menjadi tinggi yang pada akhirnya menjadikan bangunan tersebut menjadi boros energi karena harus menggunakan lebih banyak pendingin ruangan.
Kehadiran bangunan ramah lingkungan, ditambah dengan kesadaran masyarakat untuk mengolah limbah dan menggunakan transportasi publik, sedikitnya sudah ikut menurunkan efek gas rumah kaca (efek kenaikan suhu bumi).
Keberhasilan Kota Beijing (China) menekan emisi bisa menjadi contoh penanganan yang komprehensif, didukung semua pihak. Berbeda dengan New Delih yang memiliki jaringan MRT sepanjang lebih dari 300 kilometer, namun emisi yang dihasilkan masih tinggi.
Saat ini jaringan transportasi publik di Jakarta terus ditambah, nasibnya jangan sampai menjadi seperti New Delhi. Karena itu, semua upaya pemerintah ini memerlukan kesadaran atau dukungan kuat dan luas dari masyarakat. (ant)