Sempat Populer Sebagai Pusat Bisnis dan Perbelanjaan Dalam Kota

BLOK M: Pusat perbelanjaan Blok M Square yang eksis di kalangan anak muda sejak era 80an, Jakarta, Senin (27/5/2024). FOTO : ANTARA/LUTHFIA MIRANDA PUTRI--

Tampak deretan pintu kios itu tertutup rapat dan bangunan tua itu terlihat kian tak terawat.

Bahkan, pada malam hari tempat itu menjadi gelap. Terasa menegangkan saat orang yang melintas menuju terminal dengan hanya menggunakan penerangan minim agar bisa sampai tujuan.

Kawasan itu perlu direvitalisasi dengan tujuan pemerataan pembangunan. Asep mengaku sepakat dengan rencana revitalisasi Blok M yang akan dijadikan kawasan berorientasi transit (transit oriented development/TOD).

“Ini mengatur persebaran penduduk, jadi itu bagus ... karena konsentrasi orang di beberapa tempat sudah terlalu penuh sehingga harus ada pemerataan penduduk,” ujarnya.

Terlebih, saat ini kawasan luar Jakarta seperti Bekasi maupun Depok sudah memiliki pusat perbelanjaan sehingga pengembangan Blok M seharusnya memang tak hanya sebagai sarana tongkrongan.

Namun, terlepas dari itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta maupun pengelola diminta bisa menciptakan memorabilia melalui foto, video, maupun benda yang mampu merepresentasikan Blok M dari zaman dulu hingga sekarang.

Nantinya dari kalangan tua maupun muda bisa sama-sama belajar sejarah dan semakin mencintai sejarah negaranya dengan cara yang menyenangkan.

Dia berharap struktur gedung lama Blok M tetap dipertahankan, bukan dihilangkan yang nantinya tidak memberikan nilai berkelanjutan. “Jadi ada harmonisasi antara masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang,” harapnya.

Karena, mempertahankan bangunan tua berarti pula merawat ingatan perjalanan bangsa.

Kawasan Berorientasi Transit

PT MRT Jakarta (Perseroda) mengembangkan konsep multifungsi (mixed use) di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, yang menjadi bagian dari rencana pengembangan berorientasi transit (TOD) di lokasi tersebut pada 2024.

Bangunan multifungsi ini kelak dirancang terdiri atas apartemen, retail (termasuk reklame), hotel, dan perkantoran di atas lahan seluas sekitar 2,4 hektare milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Rencananya dari Stasiun MRT Blok M, Taman Literasi Martha Christina Tiahahu, hingga ke Terminal Blok M akan terhubung sesuai konsep perencanaan induk tata ruang (masterplan).

Bangunan di kawasan Terminal Blok M akan dipersempit, namun bentuknya tetap dipertahankan untuk menyambung simpul transportasi terintegrasi.

Kepala Satuan Pelayanan (Kasatpel) Terminal Bus Blok M, Joni Budhi, mengatakan pihaknya akan membuat halte sementara sebagai pemberhentian armada yang nantinya berada di kawasan lingkar luar Blok M, mulai dari Jalan Panglima Polim hingga Mabes Polri.

Tag
Share