Ada Kelas Budaya Tibet Sekali Seminggu di Sekolah
TARIAN TRADISIONAL: Anak-anak Sekolah Dasar 02 Kota Nyingchi, Daerah Otonom Xizang, China menari tarian tradisional "Gongbu" pada Jumat (5/7/2024). FOTO: ANTARA/DESCA LIDYA NATALIA --
Sekolah itu memiliki lebih dari 1980 murid dan 153 guru. Dari jumlah guru tersebut, 22 orang adalah guru bahasa dan budaya Tibet.
Sekolah tersebut juga memiliki 45 ruang kelas, empat laboratorium, 60 ruang multimedia, tiga lapangan olahraga, tiga ruang pertemuan multifungsi, satu ruang rekaman dan penyiaran, satu kantin dan satu perpustakaan, dengan lebih dari 35.000 koleksi buku.
"Saya sudah menjadi guru bahasa Tibet sejak 24 tahun, karena negara melihat perlunya para murid untuk belajar budaya Tibet. Saya senang mengajarkan anak-anak kaligrafi Tibet, apalagi di sekolah juga tersedia kertas dan tinta untuk berlatih, dulu fasilitas seperti ini tidak ada," kata Longduo, guru bahasa Tibet.
Tibet Adalah Xizang
Sekolah Dasar 02 Kota Nyingchi berada di Daerah Otonom Xizang atau lebih dikenal oleh masyarakat global sebagai Tibet.
Pemerintah Pusat China menggunakan nama "Xizang" dan bukan "Tibet" untuk merujuk wilayah geografis Daerah Otonomi Xijang yang dikenal sebagai "Tibet" oleh Barat. "Tibet" sendiri mengakar pada nama "Tubo", yaitu rezim yang berkuasa pada abad ke-9 dengan wilayah terfragmentasi dari beberapa suku. Pada abad ke-13, Dinasti Yuan menguasai wilayah tersebut.
Namun, pemerintah China menyebut Dalai Lama ke-14 mengklaim bahwa kawasan "Tibet" mencakup Daerah Otonomi Xijang, Qinghai, serta sebagian Sichuan, Gansu, Yunnan, dan Xinjiang, sehingga pemerintah China menegaskan tidak pernah ada yang disebut "Tibet Besar", seperti yang diklaim oleh Dalai Lama.
"Dulu kami menggunakan nama 'Tibet' yang kemudian juga diterjemahkan ke bahasa Inggris, tetapi kemudian kami menemukan bahwa maknanya dalam bahasa Mandarin tidak tepat, sehingga kami menggunakan 'Xizang' untuk menunjukkan wilayah administratif Daerah Otonom Tibet," kata Deputi Direktur Jenderal Kantor Urusan Luar Negeri Daerah Otonom Xizang Chen Feng.
Menurut Chen Feng, Suku Tibet mendiami berbagai provinsi, seperti provinsi Gansu, Sichuan, Qinghai, hingga Yunnan. Di wilayah tersebut juga tampak peninggalan-peninggalan budaya Tibet.
Agar pembagian wilayah administratif lebih akurat dan menghindari kesalahpahaman, termasuk saat menerjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Chen menyebut Xizang memiliki arti yang lebih tepat dalam Bahasa Mandarin.
"Sekarang kami mengubah nama 'Tibet' menjadi Xizang dalam forum-forum resmi, namun sejumlah tempat tetap menggunakan kata 'Tibet', misalnya Universitas Tibet, Museum Tibet," ungkap Chen.
Dengan mendapat kewenangan "daerah otonom", Chen menyebut pemerintah daerah Xizang mempunyai hak khusus, termasuk dengan mengembangkan budaya dari suku-suku di wilayah tersebut.
"Daerah otonom" sendiri di China diberikan kepada wilayah administratif yang ditempati oleh suku-suku minoritas, seperti Daerah Otonom Uyghur Xinjiang dan Xizang.
Dari sejumlah literatur disebutkan pada zaman dahulu Xizang dikenal sebagai Bo. Pada masa Dinasti Tang (618-907) dan Dinasti Song (960-1279), namanya diubah menjadi Tubo. Pada masa pemerintahan Kaisar Qing Kangxi (1661-1722) wilayah Tubo dikenal sebagai Xizang.
Temuan arkeologis menunjukkan bukti aktivitas manusia di Xizang sejak 4.000 tahun yang lalu. Selama berabad-abad, suku-suku kecil ini secara bertahap bergabung menjadi beberapa kelompok dan aliansi.