Intervensi Stunting Melalui Pelatihan Memasak

SUKARELAWAN: Sukarelawan dan para peserta Pos Gizi Dashat menghadiri kegiatan Hari Gizi Dashat di Posyandu Desa Manding, Kecamatan Pinoh Utara, Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat, Kamis (18/7). FOTO: ANTARA/ INDITA WULANDARI --

Sukarelawan Pos Gizi Dashat, Maria Tresia, mengatakan gerakan tersebut memang memanfaatkan bahan-bahan makanan lokal bergizi yang ada di masyarakat.

Perkiraan biaya yang diperlukan untuk membuat satu porsi makanan lokal padat gizi dengan 600 kalori dan berat 250 gram sekitar Rp10.000 hingga Rp15.000.

Program tersebut juga turut membangun pemahaman orang tua mengenai pola pengasuhan pada bayi dan anak.

Menurut Tresia, pengentasan masalah stunting dengan solusi mudah dan murah menjadi prinsip yang diterapkan sehingga praktik itu dapat diteruskan oleh masyarakat saat programnya berakhir.

 

Bahkan, pengasuhan dan pemberian makanan dari program tersebut juga dianggap bisa diterapkan pada bayi dan anak dari keluarga kurang mampu. Tentu saja dengan tujuan agar anak dan bayinya tetap sehat dan tumbuh terbebas dari kekerdilan.

Sampai saat ini, salah satu provinsi di mana organisasi Pasti berhasil menjangkau baduta terbanyak adalah Kalimantan Barat.

Berdasarkan hasil data monitoring implementasi lembaga itu pada tahun 2023, ada 905 baduta di Kalimantan Barat telah dijangkau melalui intervensi Pos Gizi Dashat. Salah satu kabupaten yang memiliki baduta terbanyak di Kalimantan Barat adalah Melawi.

Hingga Juli 2024, organisasi tersebut telah menjalankan program Pos Gizi Dashat bagi 2.517 baduta berisiko stunting. Jumlahnya akan terus bertambah hingga program berakhir pada 2027.

Hasilnya, per Juli 2024, sekitar 77 persen baduta peserta Pos Gizi Dashat mengalami kenaikan berat badan sesuai standar minimal, yakni 200 gram selama 12 hari mengikuti program.

Analis Kebijakan Ahli Muda Direktorat Analisis Dampak Kependudukan BKKBN Yusna Afrilda turut mendukung pelaksanaan Pos Gizi Dashat di area Kalimantan Barat.

“Intervensi Pos Gizi Dashat dapat menjadi contoh tentang pentingnya model intervensi yang memberdayakan masyarakat untuk mengubah perilaku dalam menyediakan makanan bergizi dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitarnya," kata dia.

Yusna berharap program tersebut dapat direplikasi di daerah-daerah lain sehingga menjangkau lebih banyak anak yang membutuhkan. (ant)

Tag
Share