Buntut Harga Anjlok, Petani Tebang Ratusan Batang Pinang

DITEBANG: Tanaman pinang warga di Tanjab Timur terpaksa ditebang dan digantikan denga tanaman sawit karena tak kunjung membaiknya harga komoditi pinang di Jambi.--

Petani Tak Sanggup Lagi Karena Angka Ekspor Juga Turun 

JAMBI-Akibat harga buah pinang yang tak kunjung membaik, membuat sejumlah petani memilih untuk menebang pohon pinangnya. Hal itu dialami oleh petani pinang yang ada di Kabupaten Tanjabtim.

Para petani merasa lelah dengan harga buah pinang yang rendah, mereka menebang semua pohon pinang agar bisa ditanami dengan tanaman yang lain.

Seperti Indra, salah satu petani di Desa Siau, Kecamatan Muara Sabak Timur. Ia  mengutarakan kekecewaannya dengan cara menebang pohon pinang yang telah ditanamnya sudah puluhan tahun. Ada sebanyak ratusan pohon pinang miliknya terpaksa harus ditebang.

"Ya, saya sengaja menebang semua pinang, karena harga buah pinang tidak naik-naik, sementara penghasilan saya mengharapkan hasil dari kebun pinang," katanya.

Tentunya Pemerintah Daerah dan Bupati Tanjabtim sudah berupaya maksimal dengan menemui langsung Menteri Perdagangan di Jakarta untuk mencari solusi bagaimana nasib para petani pinang agar ekspor seperti dulu bisa kembali normal lagi, sehingga bisa berdampak terhadap harga jual di petani.

"Upaya tidak membuahkan hasil, sehingga kami pun memutuskan untuk menebang semua pohon pinang, agar bisa ditanami lagi komoditi yang lain," jelasnya.

Hingga saat ini, lanjutnya, harga buah pinang hanya berkisar dari Rp. 2.000 - 4.500 per Kg. Sedangkan upah kocek tidak berubah Rp. 2.000 per Kg, jadi tidak imbang hasil jual dengan upah kocek yang diberikan petani kepada pengupas pinang. 

"Sebenarnya upah kocek pinang adalah penghasilan sampingan bagi ibu-ibu di rumah, karena harga murah jadi ibu-ibu tidak lagi mendapat penghasilan tambahan," ungkapnya.

Setidaknya, jika harga buah pinang bisa kembali seperti dulu lagi dari Rp. 10.000 - Rp. 20.000 per Kg, pasti para pengupas pinang sejahtera, bahkan bisa membantu perekonomian keluarganya.

"Tidak usah lah Rp. 20.000 per Kg, Rp. 10.000 saja para pengupas pinang bisa dapat penghasilan lagi," sebutnya.

Namun, sekarang Ia tidak bisa lagi menunggu harga pinang naik lagi. Pohon pinang sudah terlanjur ditebang, jadi solusinya nanti akan ditanam untuk perkebunan yang lainnya. 

"Semoga nanti ada gantinya, tapi belum tahun apa yang akan saya tanam lagi," tukasnya.

Terpisah, pihak Balai Karantina Jambi mencatat masih terjadi penurunan ekspor pinang pada bulan ini. Hal ini lantaran negara penerima membatasi produk masuk. 

Tag
Share