Buntut Harga Anjlok, Petani Tebang Ratusan Batang Pinang

DITEBANG: Tanaman pinang warga di Tanjab Timur terpaksa ditebang dan digantikan denga tanaman sawit karena tak kunjung membaiknya harga komoditi pinang di Jambi.--

Kepala Balai Karantina Jambi Prayatno Ginting melalui SubKoordinator karantina tumbuhan Anita Setyawati menyatakan, harga pasaran pinang di dunia sedang anjlok. "Sehingga eksportir tidak mengambil dari petani, karena mereka tidak menjual harga yang tinggi sehingga tidak bisa membayar (pinang) petani, jadi ekspor pinang agak berkurang meskipun masih ada pengiriman," ucap Anita kepada Jambi Ekspres (24/11).

Ia mengatakan, pengiriman pinang tidak sebanyak yang sebelumnya seperti di awal tahun 2023 dan tahun 2022. Begitu juga dengan ekspor kelapa juga terjadi penurunan. "Ini karena biasanya di bulan Desember yang cuacanya dingin dan permintaan komoditas ekspor itu agak kurang," terang Anita.

Ia tak memungkiri, negara tujuan ekspor pinang terbesar salah satunya adalah India. Dan saat ini, di sana sedang banyak stok pinang yang menyebabkan tak banyak permintaan pinang Jambi.  "Jadi eksportir tak berani ambil, karena jika tetap dijual ke sana harganya akan murah, dan tak tertutup lagi ke petani dan biaya pengangkutan, jadi daripada mereka tak bisa membayar dan rugi maka mereka tak ekspor," katanya.

Penurunan ekspor ini, Anita mengungkapkan setengah dari biasanya seperti pada awal tahun 2023. Penurunannya tergambar dari Semester 1 tahun 2023 ini nilai ekonomi ekspor pinang senilai Rp 200 Miliar.

Dari data Balai Karantina pada 1 hingga 16 Agustus untuk pinang biji 3.293.030 kilogram. Kemudian untuk periode pertengahan Agustus ini atau Rp 33,8 Miliar. Angka itu masih kalah dengan komoditas cangkang sawit dengan volume 51,6 juta kilogram atau nilai ekonomi Rp 106,9 Miliar. 

Untuk asal pinang terbanyak di Jambi berasal dari Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur. 

Meski demikian ada permintaan komoditas lain seperti kelapa, kopra dan  sapu lidi nipah meskipun juga tak banyak. "Karena India juga membatasi kedatangan lidi nipah, dari dunia memang membatasi," terangnya.

Untuk strategi tahun 2024 Ia mengatakan, pasokan di Jambi melimpah hasil pertaniannya. Hanya permasalahan tak bisa menjual produk karena harga rendah. Tinggal lagi, cara agar negara luar menerima barang pertanian Jambi. 

"Seperti adanya negosiasi pemerintah ke negara tujuan. Agar perekonomian petani dan industri lebih baik lagi," pungkasnya. (lan/aba)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan